Adapula faktor eksternal, seperti minimnya pelatihan yang diberikan oleh lembaga yang terkait dengan guru untuk menulis.
Dalam satu tahun, belum tentu ada satu kali pelatihan menulis yang diadakan untuk mengasah keterampilan menulis.
Kalaupun ada, jumlah peserta yang disediakan oleh penyelenggara sangat terbatas paling banyak perwakilan dari setiap sekolah yang ada hanya dua orang guru, sehingga hal ini sungguh tidak sesuai dengan jumlah guru yang ada.
Ketiga, kurangnya dukungan dari lingkungan kerja
Lingkungan tentu saja berpengaruh bagi motivasi menulis bagi guru karena pengaruh orang-orang sekitar jelas mampu mempengaruhi semangat guru untuk menulis, misalnya atasan yang memberikan reward bagi guru yang berhasil membuat karya tulis.
Tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri bagi individu tersebut, karena hampir semua karyawan-karyawati negeri maupun swasta menginginkan pengakuan diri dari lingkungan dan atasannya.
Hal ini menjadikan prestise tersendiri bagi guru tersebut. Namun sangat disayangkan, di hampir semua lembaga belum memberikan penghargaan yang cukup bagi guru yang menulis.Â
Keempat, kesulitan bagi guru membagi waktu antara tuntutan kerja dan menulis
Waktu kerja guru sangat terikat jadwal, waktu dan tempat guru selain memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik, dari mulai memperhatikan dan menilai perkembangan kemampuan dan keterampilan peserta didik serta penilaian sikap peserta didik.
Mereka juga mempunyai beban administrasi yang banyak di antaranya, menyiapkan administrasi mengajar berupa mempersiapkan silabus, rencana program pengajaran (RPP), program semester, program tahunan, evaluasi, penilaian dan remedial serta pengayaan.
Seluruh tugas guru itu tentu saja menyita waktu belum lagi guru harus membagi waktu untuk keluarga tercinta dan lingkungan sosial guru.