Mohon tunggu...
Nasywa Zafirah Syahrani
Nasywa Zafirah Syahrani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Airlangga

Universitas Airlangga, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengenal Fenomena Tren Bahasa Anak Jaksel, Menarik?

2 Juli 2022   21:37 Diperbarui: 2 Juli 2022   21:39 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

"jujurly belakangan ini gue lagi hectic banget sama kerjaan and I need some rest for a while, jadi  gue rencananya mau staycation buat healing sejenak sama bestie gue and gue juga udah ketemu salah satu hidden gem villa but, you know what? Mostly mereka nggak ada yang respon gue di chat, chat gue tuh cuma di ghosting dan berujung gue pergi sendiri alias me time again!!." 

Pernahkah kalian mendengar atau melihat seseorang berkomunikasi dengan memadukan dua bahasa dalam satu kalimat seperti kalimat di atas? .

Dalam ilmu bahasa, percampuran bahasa seperti ini disebut sebagai campur kode atau code mixing. Sedangkan dalam linguistik code mixing adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, didalamnya termasuk kata, klausa, idiom, sapaan, dll.

Kalimat di atas adalah salah satu contoh kalimat yang menggunakan code mixing yang sedang tren di kalangan anak muda dan di media sosial belakangan ini atau biasa disebut dengan tren bahasa anak Jaksel.

Tren penggunaan bahasa campuran antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris diidentikkan dengan lokasi geografis yaitu Jakarta Selatan. Mengapa Jakarta Selatan ?, padahal tren menggunakan bahasa campuran antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia juga kerap digunakan oleh orang-orang yang berada di luar lingkup Jakarta Selatan.

Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa kelompok masyarakat yang tinggal di Jakarta Selatan diidentikkan dengan orang-orang yang berada pada status ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain, sedangkan di Indonesia orang yang berkomunikasi sehari-hari dengan menggunakan Bahasa Inggris akan dipandang sebagai orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki kekayaan. Jadi tidak aneh lagi bila percampuran bahasa atau code mixing tersebut kerap dikaitkan dengan wilayah Jakarta Selatan.

Awal mula tren ini mulai ramai digunakan adalah ketika anak-anak muda yang tinggal di daerah Jaksel dan sekitarnya sering mencampuradukkan antara Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia, kemudian dari situ juga mula terciptanya bahasa slang lainnya, seperti; jujurly, ane-ane, picky, deeptalk, dll.

Fenomena code mixing atau campur bahasa bukan hanya ramai digunakan di Indonesia, banyak negara-negara yang masyarakatnya menggunakan code mixing tersebut dalam berkomunikasi sehari-hari maupun daalam bermedia sosial. Malaysia contohnya, masyarakat disana banyak menggunakan campur bahasa antara Bahasa Melayu dengan Bahasa Inggris dalam komunikasi sehari- hari. Selain itu, masyarakat Singapore juga menggunakan code mixing dalam berkomunikasi, masyarakatnya banyak menggunakan Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris.

Berikut beberapa contoh kalimat berbahasa Jaksel antara lain;

  • "gimana ya caranya jadi morning person?". Kata morning person memiliki arti orang-orang yang yang terbiasa bangun dan beraktivitas di pagi hari.
  • "setiap habis deeptalk sama lo, pasti gue overthinking". Kata deeptalk tersebut memiliki arti seseorang yang mengobrol pada tengah malam atau lewat tengah malam. Overthingking secara harfiah memiliki arti banyak pikiran.
  • "Jadi orang tuh jangan terlalu picky". Kata picky dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia memiliki arti pemilih. Seseorang yang disebut-sebut memiliki sifat picky berarti ia sangat selektif dalam mengambil segala keputusan.
  • "Jujurly ini melelahkan". Kata jujurly bukanlah kata terjemahan dari Bahasa Inggris, kata jujurly merupakan slang dari Bahasa Indonesia yang artinya sejujurnya.

Dalam contoh kalimat berbahasa Jaksel tersebut terlihat bahwa, terkadang ada beberapa kata yang lebih cocok menggunakan code mixing karena maknanya dan apa yang ingin disampaikan oleh si penutur kepada lawan bicaranya lebih tersampaikan. Namun hal menariknya ketika menggunakan code mixing harus memperhatikan lawan bicaranya dan situasinya, jika lawan bicaranya tidak mengerti, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik atau kata lainnya adalah ngawur, kemudian jika berbicara dengan native speaker janganlah menggunakan code mixing karena mereka tidak akan mengerti. Begitupun pada saat acara formal, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar harus tetap dipakai, karena Bahasa Jaksel hanya sebagai bahasa informal atau bahasa keakraban.

Dengan adanya Tren Bahasa Jaksel, beberapa pemerhati bahasa mulai resah lantaran rata-rata dari penggunanya menggunakan Bahasa Jaksel dengan maksud untuk memperlancar Bahasa Inggris dan perlahan melupakan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Beberapa kalangan lainnya juga berpendapat bahwa Tren Bahasa Jaksel ini telah melecehkan bahasa negara dan tidak mencerminkan sikap nasionalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun