Mohon tunggu...
nasti lamag
nasti lamag Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

life is collection of moments

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Polio dan Cerita Hidup Seorang Thomas Mali

12 Mei 2016   00:59 Diperbarui: 12 Mei 2016   03:26 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Thomas Mali"][/caption]Hidup kadang memang terasa tidak adil,terutama bagi mereka yang mempunyai kekurangan fisik.Tidak ingin hidupnya Cuma menjadi beban buat keluarga,ia pun memilih bekerja sebagai tukang sol di seputaran pasar baru Atambua.


Thomas Mali terlahir sebagai bayi normal,di asuh oleh sang nenek sejak bayi,di vonis menderita polio saat masih balita,membuat dua kakinya tumbuh mengecil dan tidak sempurna , merayap di lantai menjadi satu satunya cara untuk berjalan.


Memasuki masa sekolah dasar,di SLB Tenuboot,Atambua, Thomas tinggal di panti asuhan yang masih di dalam satu kompleks sekolahan.Masa SMP di jalaninya di daerah Manggarai Flores,di asuh oleh seorang biarawati berkebangsaan Jerman,di sanalah ia menjalani operasi oleh ahli bedah dari Australia,yang cuma memberikannya satu pilihan terbaik yaitu dengan cara mengamputasi kedua kakinya yang mengecil agar bisa di ganti dengan kaki palsu .Thomas pun dapat merasakan bagaimana rasanya berjalan mengunakan kedua kaki palsunya dengan bantuan tongkat.

Pindah ke kupang untuk menyelesaikan pendidikan SMA,tinggal bersama para biarawati di daerah Merdeka,Kupang, dan mendapat kelas ketrampilan menjahit dari para biarawati yang menjadi pembimbingnya.Merasa kesulitan di kelas menjahit ,karena harus sering menggunakan kaki yang kuat untuk membuat mesin jahit bergerak,ia pun memutuskan untuk mengambil kelas mereparasi sepatu.


Setelah selesai menamatkan SMA nya, Thomas memberanikan diri membuka usaha mereparasi sepatu di sekitaran Merdeka,Kupang.Setelah sekian lama di kupang ,Thomas memutuskan untuk kembali ke kota Atambua,pada awalnya ia membuka usaha tambal ban dan servis motor,tapi lagi lagi karena aktivitasnya yang terbatas menjadi kan ia menutup usaha bengkel tersebut .Pada akhirnya Thomas kembali membuka usaha mereparasi sepatu di sekitaran Pasar baru Atambua,Penghasilan yang di dapat sekitar lima puluh ribu per hari,bisa lebih banyak menjelang hari raya Natal dan masa awal tahun ajaran baru.

[caption caption="Suster Lori"]

[/caption]Thomas adalah 1 dari belasan anak muda yang menjual jasa mereparasi sepatu di sekitaran pasar baru,Atambua.Hari itu saya kebetulan mereparasi sepasang sepatu olah raga dengan biaya servis 15 rb rupiah.Terlihat Seorang biarawati juga datang membawa sepatu sneakers barunya , ingin menggunakan jasa Thomas untuk menjahit ulang Sneakers tersebut.Thomas terlihat akrab berbicara dengan suster Lori yang ternyata adalah kakak asuh nya selama tinggal di Panti SLB Tenuboot.
Thomas bercerita bahwa ia tidak ingin terus menyesali apa yang terjadi pada hidupnya,Dia malah berterima kasih telah bertemu banyak orang hebat yang selalu menyayangi dan membantunya untuk Mandiri.Menjalani hidup dengan selalu bersyukur berulang ulang di tegaskan Thomas kepada saya.Semangat nya untuk melawan ketidak berdayaannya karena Polio,bisa menjadi pesan yang kuat buat kita untuk tidak menyerah melawan segala rintangan yang pasti akan kita temui dalam kehidupan di dunia ini,salute to Thomas.

[caption caption="Daerah Pasar baru Atambua"]

[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun