Mohon tunggu...
nasti lamag
nasti lamag Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

life is collection of moments

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berwisata dengan Keterbatasan di Perbatasan

31 Mei 2015   13:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:26 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14330511121452516694
14330511121452516694

Pantai merupakan tempat wisata favorit masyarakat Belu khususnya kota Atambua ,putri saya pun hampir setiap minggu pasti berwisata ke pantai. Banyak pantai yang ada dapat nikmati tanpa harus membayar alias gratis, beberapa pantai yang menjadi pilihan masyarakat untuk berekreasi,yaitu pantai Sukaelaran dan Teluk gurita di kecamatan kakulukmesak, garis pantai yang panjang ada yang berpasir putih,coklat, bebatuan karang,pohon bakau.Spot mancing pun tidak usah di tanya ,mulai dari pelabuhan Atapupu ,TPI atapupu dan teluk gurita.ini yang membuat kami sekeluarga mempunyai hobby baru yaitu memancing.Di pelabuhan Atapupu  anda akan melihat berbagai macam jenis ikan yang berenang, juga bisa melihat anak anak nelayan menikmati hari hari mereka dengan melompat dari kapal kapal barang surabaya yang sedang bongkar muat.Yang lebih “COOL” adalah anda bisa menikmati  sunset sepanjang tahun di seluruh pantai di Belu karena matahari selalu terlihat  terbenam di garis lautan.Tips untuk berwisata di area pantai adalah membawa bekal,tikar dan jangan kaget jika anda sedang lesehan di pinggir pantai anda akan bertemu berbagai macam jenis hewan berkaki empat yang berkeliaran di sekitar anda.Dan pastikan perut anda tidak bermasalah berwisata karena di jamin banyak pantai yang tidak menyediakan Wc yang layak

14330512961638354364
14330512961638354364

1433051192165599082
1433051192165599082

14330505291701075710
14330505291701075710

Gunung lakaan adalah yang tertinggi di kabupaten Belu,terlihat indah dari kota Atambua,minggu lalu saya baru mempunyai kesempatan untuk pelisiran ke tempat ini,dari Atambua anda akan akan melewati Lahurus ,ternyata di tempat ini terdapat air terjun Mauhalek,dari jalan utama tanpa ada petunjuk sama sekali Cuma papan kecil bertuliskan”AIR TERJUN MAUHALEK 800M” ada portal dari bambu,ternyata kita harus membayar restribusi untuk desa Rp10 ribu di kios seorang ibu yang bersebelahan dengan portal bambu tersebut dan portal tersebut di buka oleh ibu tersebut dan putrinya yang berumur kurang lebih sama dengan putri saya,karena agak khawatir nantinya kesasar,suami saya memutuskan meminta ijin pada ibu penjaga portal agar mengijinkan putrinya yang bernama Nardi menemani kami.Nardi menjadi guide kami melewati jalan berbatu yang belum di gilas rata,jalan menurun 800m sampailah di parkiran depan rumah penduduk yang ramah.Ternyata menuju air terjun kita harus menuruni sekitaran ratusan anak tangga yang mempunyai sudut kemiringan yang sangat tajam,tapi dari atas sudah terdengar riuh air terjun,di hiasi pohon pinang,beringin,dan pakis.Sampai akhirnya kami di bawah kaki air terjun,putri saya tanpa membuang waktu langsung bermain air bersama Nardi,dan dia sangat menikmatinya.

1433051728229126647
1433051728229126647

Setelah selesai berfoto foto dan puas bermain ,akhirnya hal yang saya khawatirkan dari tadi menjadi kenyataan,mendaki melewati anak tangga  ke atas curam dan terjam,saya baru setengah jalan sudah tidak bisa menarik napas tapi si Nardi dengan santainya sampai ke atas dengan santai.Dengan semangat 45 sampai juga saya kembali ke tempat parkiran dan meminta  suami supaya kita beristirahat dulu.Waktunya melanjutkan perjalanan,saatnya berpisah dengar Nardi ,dan melanjutkan perjalanan ke kecamatan Weluli,sekitar 10 menit sampailah kami di kota kecamatan dan menanyakan arah menuju desa Dirun karena rencana selanjutnya adalah Fulan Fehan dan Benteng makes peninggalan suku asli di daerah ini,sepanjang atambua –weluli kita akan menemukan jalan hotmix yang mulus,tapi perjalanan ke desa si Dirun lagi lagi tantangan berat buat kami yang tidak menggunakan mobil 4wd,kita akan menemukan jalan yang berbatu, berlubang dan menanjak,jurang yang dalam di kiri kanan jalan dari atas kita bisa melihat negara tetangga,dengan pemandangan bukit bukit yang indah,karena minim petunjuk akhirnya kami mengajak seorang pemuda desa Dirun bernama Mekes, yang kami temui di jalan untuk menjadi guide kami,sampailah perhentian pertama di Fulan Fehan puncak desa Dirun yang terkenal dengan Sabana yang luas sepanjang mata memandang,kuda kuda liar berlarian di sana sini,pohon kaktus,terlihat puncak lakaan bersebelahan langsung,negara tetangga pun terlihat,”WOW KEREN” karena seumur umur saya belum pernah melihat sabana sebegitu luasnya dengan awan yang dekat sekali dengan kepala kita,sudah pasti suhunya sangat dingin.Dari kejauhan kami melihat keramaian di salah satu bukit tertinggi di Fulan Fehan,ada keramaian di sana,terdengan suara orang bernyanyi dan bermain tebe.Mekes memberi tahu bahwa di situlah tempat benteng Makes,saya menyarankan jika anda ingin ke benteng makes sebaiknya berjalan kaki dari Fulan Fehan atau menggunakan mobil 4wd,karena tidak ada jalan raya yang di siapkan di sini, jadi benar benar menantang alam buat saya.Benteng Makes infonya di bangun 500 tahun lalu,berlapis 7 dan berpintu 7,di puncak benteng terdapat makam para tetua,terdapat meriam tua portugis karena pernah sampai ke benteng ini.Untuk masuk ke benteng keramat ini harus terlebih dulu meminta ijin kepada juru kuncinya,kalau tidak pamali tutur Mekes.Untungnya acara adat yang sedang berlangsung di benteng ternyata adalah acara teman saya di atambua,jadilah kami di perbolehkan masuk bahkan melihat acara adat yaitu potong babi dan ayam oleh para tetua adat di Desa Dirun sambil di iringin tari tarian adat.Saat nya turun pulang beberapa warga yang akan ke kecamatan ikut menumpang mobil kami,seorang bapak yang bernama Mario menanyakan apakah kami menikmati perjalanan kami ke desa Dirun dan langsung sigap di jawab putri saya dengan jawaban”TOBAT” karena kasihan melihat ayahnya yang jadi driver keringat dingin karena mobil MPV nya beberapa kali kepater,dan pak Mario memaklumi jawaban putri saya dengan senyum,karena menurut pengakuannya dengan menggunakan motor saja untuk ke Desa Dirun warga di sana kalau tidak hati hati akan terjatuh,pak Mario menyesalkan kurangnya perhatian pemerintah untuk membangun proyek jalan raya untuk mempermudah akses Dari Weluli ke Desa Dirun.Kami berpisah dengan Mekes dan pak Mario yang rumahnya tepat bersebelahan dengan menara BTS yang tinggi menjulang,dengan berharap mudah mudahan apa yang di inginkan bapak Mario suatu saat terkabul.

Sebenarnya potensi wisata di Belu sangat menjanjikan, jika mau di kelola dengan baik oleh berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam hal Pariwisata,contoh pantai Nihiwatu di sumba NTT yang di kelola oleh orang asing dan menjadi pantai terbaik di Asia, private resort yang sangat mahal dan Cuma segelintir orang berkantong tebal yang dapat menikmatinya.Jangan sampai potensi kita di Belu juga hanya bisa di lihat oleh orang asing,lalu di kelola oleh mereka,dan mengharuskan kita membayar sangat mahal untuk mengakses pantai, kita Cuma menjadi penonton setia, dan  saya beberapa kali bertemu beberapa turis asing dari Eropa di bandara A A Bere Tallo,yang menjadikan Belu tempat transit dari Timor Leste,dan memilih melanjutkan perjalanan ke Alor atau Rote.

Mudahan mudahan sepenggal pengalaman saya bisa menjadi referensi buat teman teman yang kebetulan mampir di Belu dan mau berwisata di Belu,yang memang membutuhkan keinginan,tekad,niat dan nekat untuk menikmatinya.

1433050791247350331
1433050791247350331

14330509661945092484
14330509661945092484

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun