Mohon tunggu...
Mahardynastika
Mahardynastika Mohon Tunggu... Bankir - Kadang curhat kadang sekedar berbagi

A blessed mom, a happy wife, a central banker in regional representative office

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menakar Kepantasan Gaji Putra Daerah yang Ingin Merantau ke Ibu Kota

26 Juli 2019   10:38 Diperbarui: 27 Juli 2019   02:17 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Shutterstock

Setiap orang yang mencari kerja tentunya tidaklah munafik jika menakar besaran gaji yang akan diterima. Namun seringkali pula "putra daerah" yang bukanlah penghuni Ibu Kota silau dengan tawaran gaji yang nampak wah tanpa memperhitungkan effort dalam memperolehnya. Effort tersebut sesungguhnya adalah sebuah biaya samar yang harus diperhitungkan. 

Oleh karena itu, ada baiknya seorang lulusan baru menakar kepantasan gaji tersebut tidak hanya dari nominal tetapi juga berdasarkan kota tempat bekerja, biaya hidup di kota tersebut, dan biaya lainnya yang tidak nampak seperti biaya pulang untuk mengobati rindu, biaya menyewa kamar kos karena jauh dari keluarga, dan bahkan biaya gaya hidup di lingkungan sekitar.

Ketika mendatangi job fair maupun membuka laman iklan lowongan online mungkin cukup sulit bagi lulusan baru untuk mencari pekerjaan yang sesuai passion (atau ambisi?) di kota tempat tinggal asal. 

Mayoritas pekerjaan yang wah (baik dari segi ekspektasi maupun realita) tersedia di Ibu Kota atau segelintir kota besar lainnya. Alhasil, merantau adalah salah satu alternatif untuk mendapatkan pekerjaan impian yang terkadang tak seindah kenyataan.

Ibu Kota dan sektor keuangan adalah dua sejoli yang menjadi primadona bagi lulusan baru. Tak jarang sarjana ekonomi harus bersaing ketat dengan sarjana fakultas lain untuk mendapatkan kursi di bidang tersebut. 

sumber: ips.com.mx
sumber: ips.com.mx
Lantas, apakah gaji yang banyak itu selalu benar-benar banyak? Coba kita ukur dengan gaji sebesar itu, apakah sudah meng-cover biaya hidup kita yang tidak sesederhana di kampung sendiri?

Hal pertama yang harus dipertimbangkan ketika memilih pekerjaan (sebelum akhirnya terjebak), perhitungkanlah berapa harga menyewa kos per bulannya yang layak untuk dihuni. Berbeda dengan kos mahasiswa di daerah, harga kos di ibukota mayoritas saat ini sudah di atas Rp 1.000.000,-. 

Saat ini sudah banyak tersedia platform penyedia jasa kos-kosan yang beredar di playstore untuk memudahkan calon penghuni Ibu Kota dalam memilih tempat tinggal nantinya. Menyurvei kos untuk dihuni tentunya juga diikuti dengan menyurvei biaya transportasi untuk pergi ke kantor. 

Kedua, setelah memilih berjauhan dengan keluarga, lakukan juga perhitungan berapa uang yang akan kita habiskan untuk membeli makan baik membeli di warteg, masak sendiri dengan rice cooker mini, atau catering harian. Setelah menghitung fixed cost tersebut, hitung sisanya, apakah cukup ditabung untuk biaya pulang paling tidak dua kali setahun.

Sebagai tambahan, biaya pulang kampung seringkali tidak hanya bicara biaya transportasi, tetapi juga biaya reuni dengan teman lama, memberi rezeki untuk adik-adik di kampung halaman, dan juga untuk memberi orang tua kita jika yang ingin mewujudkan baktinya dalam sebentuk sisa gaji.

Biaya lainnya yang seringkali tidak nampak adalah biaya pergaulan karena kesepian dan biaya gaya hidup. Sungguhlah sulit untuk tidak meng-upgrade kemewahan ketika sudah mendapatkan gaji sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun