Mohon tunggu...
Nasrul Pradana
Nasrul Pradana Mohon Tunggu... Human Resources - Praktisi Manajemen, Sarjana Psikologi, Magister Manajemen.

Praktisi HRM sejak 2010. Sarjana Psikologi dari Universitas Esa Unggul, Magister Manajemen dari Universitas Esa Unggul. nasrulpradana01@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat-surat Sepasang Kekasih (Bag 2)

3 Januari 2021   20:41 Diperbarui: 3 Januari 2021   23:12 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat sepasang kekasih (Bag II)

Aku memulai tulisan ini dengan mengingat nama Tuhan, Dialah Yang Pengampun, lagi Maha Pengasih. Kepada-Nya kami meminta untuk menunjuki kami jalan kebenaran, kebajikan dan membawa kepada kebahagian.

Dialah Pemberi rezeki kepada semua makhluk, sehingga apabila orang terdahulu hingga yang paling akhir berkumpul dalam di satu lapangan, kemudian mereka meminta kepada-Nya, kemudian Dia memberi kepada setiap orang sesuai dengan permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada pada-Nya kecuali seperti jarum mengurangi air apabila jarum itu dimasukan kedalam samudra.

Dia Yang Maha Mengetahui lagi Maha Teliti, tak satupun yang luput dari pengetahuan-Nya, sama saja bagi-Nya yang terang dan yang tersembunyi. Ketentuan-Nya telah berlaku, yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh[1]), hanya dengan kembali kepada-nya dengan rasa puas terhadap nikmat yang telah dikaruniakan-Nya hati menjadi tentram.

Aku menulis surat ini untuk dirimu, telah ku terima suratmu yang lalu, sungguh tak terkira pengabdianmu kepadaku, baik didalam dan diluar rumah, urusan pribadi dan umum, setiap kajian dan karya tulisku, sungguh cinta mendapat kemegahannya darimu.

Penahanan terhadap diriku adalah takdir[2] Tuhan, dan apa yang Dia kehendaki telah terjadi. Apa yang menimpa diriku juga menerpa orang-orang yang terdahulu, mereka mengatakan benar adalah benar dan salah adalah salah.

Sama seperti mereka, di tempat uzlah[3] ini aku akan tetap berjuang dengan karya-karya, kirimkan aku kitab-kitab yang dengannya dapat membuka cakrawala pikiranku sehingga aku dapat lebih mengenal-Nya.

Mengenai air kesedihan yang kau minum serasa duri, relakan hatimu menerima ujian ini sebagaimana kegembiraanmu ketika menerima nikmat. Sebaik-baiknya seorang hamba adalah yang menyerah menurut kehendak Tuhannya, dan mempercayai bahwa yang diberikan Tuhan itulah yang terbaik baginya meskipun tidak cocok dengan kemauannya. Boleh jadi, yang menyesakkan dadamu itu mengandung rahmat-Nya.

Menjadi bulan-bulanan cemoohan orang-orang hasud[4], dengki, sombong, mengadu domba, merampok, kejam, merendah kepada orang kaya, menghina orang miskin, gila pangkat dan cinta dunia, maka cukuplah Tuhan sebagai pelindungku, Dialah pelindung yang sebenarnya dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tidaklah perlu takut dengan kekuasaan penguasa dunia, karena selamanya kekuasaan-Nya yang kekal, dan kekuasaan-Nya tidak akan pernah habis selamanya, maka demi kekuasaan-Nya dan kemulian-Nya tidaklah aku meminta pertolongan kepada selain-Nya walaupun seluruh penduduk bumi bersatu memperdayaku.

Tentu saja juga aku mengharapkan kebaikan untuk mereka, dengan berdoa agar Yang Maha Membolak-balikan Hati, yang menggenggam hati keturunan Adam agar memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Mereka menabur duri yang akan menumbuhkan mawar, yang akan mekar jika tiba saatnya dan akan menjadi taman yang indah dengan mata air segar yang mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun