Mohon tunggu...
Nasrul Pradana
Nasrul Pradana Mohon Tunggu... Human Resources - Praktisi Manajemen, Sarjana Psikologi, Magister Manajemen.

Praktisi HRM sejak 2010. Sarjana Psikologi dari Universitas Esa Unggul, Magister Manajemen dari Universitas Esa Unggul. nasrulpradana01@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Covid-19 Sebagai "Global Career Shock"

27 Agustus 2020   18:00 Diperbarui: 27 Agustus 2020   17:59 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustration career shock

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)dan penutupan bisnis pada era Covid-19 dengan jelas menunjukan bahwa pandemi akan berdampak besar pada karier seseorang dan merupakan “Career Shock” utama bagi banyak orang 

Untuk memahami dampak wabah Covid-19 terhadap perusahaan dan bantuan yang mereka perlukan di Indonesia, International Labour Organization (ILO) melakukan survey meliputi 571 perusahaan. ILO (2020) menyatakan dua dari tiga perusahaan yang disurvei di Indonesia telah menghentikan operasi usahanya baik secara sementara maupun permanen. 

Sementara menurut catatan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan mencapai 3,5 juta lebih (Kompas, 2020). Hal tersebut berdampak langsung pada pengalaman, peluang, dan lintasan karier seseorang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi ini yang disebut sebagai Career Shock.

Career Shock atau “guncangan karir” dapat didefinisikan sebagai peristiwa yang luar biasa dan mengganggu sampai taraf tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor diluar kendali seseorang, sehingga memicu proses pemikiran yang disengaja tentang karier seseorang (Akkermans, Seibert, & Mol, 2018 , hal. 4)

Menerapkan konseptualisasi ini pada peristiwa terkini, jelas bahwa pandemi Covid-19 adalah peristiwa yang sangat mengganggu dan luar biasa (Akkermans, Richardson, Kraimer, 2020). Dalam korelasinya, pandemi umumnya diklasifikasikan sebagai hal yang negatif, misalnya karena ketidaknyaman dalam bekerja, ketidakpastian pekerjaan, hilangnya pendapatan, penurunan kesehatan mental, dan peningkatan kecemasan. 

Walaupun sebagian besar sektor berdampak negatif, ada beberaba pekerjaan yang booming ketika pandemi, seperti logistik, farmasi, dan penjualan alat olah raga (Kompas, 2020). Demikian juga efek career shock bisa saja positif seperti menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga, tidak harus bepergian dan sebagainya.

Sekalipun career shock sulit untuk diprediksi dan dicegah, seseorang bisa saja menangani career shock itu dengan cukup mudah. Hal ini berarti bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan dalam mempersiapkan dan menangani career shock secara efektif. Salah satunya dengan mengembangkan kompetensi. 

Sebagai ilustrasi, Seibert, Kraimer, dan Heslin (2016) mempresentasikan berbagai strategi psikologis dan perilaku yang dapat membuat seseorang menjadi lebih unggul ketika menghadapi guncangan. Strategi psikologis tersebut termasuk menanggulangi emosi yang mengganggu dan menjaga agar pola pikir tetap berkembang. 

Sedangkan strategi perilaku ialah mengembangkan hubungan sosial dan berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan. Secara keseluruhan, literatur tentang career shock menunjukkan bahwa sumber daya dan perilaku karir adalah faktor penting yang dapat memengaruhi seberapa baik seseorang mengatasi career shock  negatif dan memanfaatkannya menjadi positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun