Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hukuman Allah Bagi "Hoaxer"

21 Maret 2017   20:00 Diperbarui: 22 Maret 2017   04:00 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berita hoax bukanlah hal yang baru. Fitnah dan terbunuhnya Utsman bin Affan dimulai dari selebaran surat palsu dan berita palsu yang disebarkan oleh para pengikut Abdullah bin Saba. Dia seorang Yahudi, yang berkamuflase masuk Islam, yang kemudian berkembang menjadi Syiah.

Penyebaran surat palsu yang bertandang tangan Utsman bin Afan dan berstempel khalifah. Juga surat palsu yang bertandang tangan para Sahabat Rasulullah saw begitu mudah ditemui. Semua bertujuan untuk mengadu domba, menciptakan keresahan, kudeta hingga menghancurkan persatuan umat.

Utsman bin Affan dan para Sahabat sudah melakukan klarifikasi, namun lemahnya kejernihan berfikir, awamnya dalam memahami situasi membuat klarifikasi tersebut sudah tidak berguna lagi. Berita Hoax sudah kadung dianggap sebagai kebenaran.

Begitu buruknya efek berita buruk ini, Rasulullah saw menjelaskan dalam sabdanya bahwa bila ada laki laki yang keluar rumah lalu membuat suatu kebohongan yang menyebar keseluruh negri maka di akhirat nanti akan dihukum.

Bagaimana hukuman bagi para pembuat Hoax dan bagaimana proses hukumannya  ? 

Rasulullah saw berdabda," seorang laki laku tidur terlentang, lalu ada malaikat penghukum yang berdiri diatasnya dengan memegang sepotong besi bercagak. Malaikat lalu memotong rahang bawahnya sampai ke tengkuknya. Dari hidung dan mata sampai ke tengkuknya." Begitulah hukuman bagi para pembuat Hoax.

Dimasa Pilkada berita Hoax sungguh sebuah sajian yang mengasyikkan untuk menghancurkan lawan. Peperangan sudah tidak lagi melalui persaingan sehat, adu argumen, adu program dan pemikiran. Tetapi sudah pada taraf penyebaran berita Hoax.

Bila seperti ini bagaimana bisa menciptakan demokrasi yang sehat ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun