Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Naik Level Karyawan

2 Oktober 2018   07:38 Diperbarui: 2 Oktober 2018   13:37 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berkubang, itulah fenomena kita. Asyik yang melenakan itulah rutinitas yang membentuk kita. Tak berani naik yang lebih tinggi, karena tak ingin berkeringat lebih. Menikmati apa yang ada, apakah itu bentuk syukur? Bukankah bentuk syukur itu akan ditambah kenikmatannya? Bila kenikmatan yang dirasakan selalu sama dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, berarti ada kesalahan konsep bersyukur kita.

Dari menganggur lalu menjadi karyawan, itu bentuk naik level. Namun disinilah kubangan itu dimulai. Kubangan yang berkutat pada jabatan dan naik jabatan. Seolah-olah keseluruhan hidup hanyalah menjadi karyawan.

Kita harus bisa mengkapitalisasi status karyawan kita. Apa pun level jabatannya, harus berubah menjadi asset atau sumber daya. Merubah jabatan menjadi asset masa depan. Jangan hanya berkutat pada jabatan untuk naik ke jabatan berikutnya. Apapun jabatan kita, semua hanya sebuah kubangan yang sama.

Apakah dengan posisi yang sekarang, ada institusi di luar yang menawarkan posisi bagus tanpa proses rekrutmen yang berbelit-belit? Apakah dengan posisi sekarang, ada yang menawarkan posisi freelance di sebuah perusahaan untuk menjadi konsultan? Ini sebuah intropeksi diri, sudah naik levelkah?

Orientasi bekerja harus dirubah. Status karyawan hanyalah sebuah media belajar mengelola bisnis. Harus ada pertumbuhan dari mengelola bisnis orang lain, mengarah pada mengelola bisnis sendiri. Jadi targetnya, status karyawan hanyalah sebuah training center untuk mengelola bisnis sendiri. Itulah kenaikan levelnya.

Jadi perlu ada kesesuaian antara pekerjaan hari ini dengan target profesi kita di luar. Menjaga kesinambungan antara jabatan hari ini dengan bisnis yang akan kita kelola sendiri.

Bekerja di perusahaan ibarat pohon yang telah berbuah, dia akan mati seiring dengan naik-turunnya trend bisnis atau usia yang tak memenuhi syarat bekerja lagi. Saat pohon sudah berbuah, bangunlah gedung bisnis kita. Tak peduli dengan skalanya. Tak perlu malu berapa pun omsetnya. Karena targetnya kita sedang membuat pertumbuhan diri yang baru.

Bekerja hanya untuk menciptakan dan menambah kapasitas dan kompetensi diri. Bekerja hanyalah untuk membangun relasi untuk memasuki sebuah level baru sebagai pengusaha. Pondasi yang ada harus menaikkan ke level jenjang hidup yang baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun