Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ujian Keputusasaan

14 September 2018   17:01 Diperbarui: 14 September 2018   17:59 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Prasangka hamba-Nya itulah yang akan terjadi. Prasangka yang baik membuahkan kebaikan. Prasangka buruk berbuah keburukan. Namun dalam prasangka yang baik tetap harus ada kewaspadaan.

Liku-liku kehidupan sebuah ujian, prasangka apa yang ditampilkan? Prasangka yang bermunculan, janganlah dikendalikan oleh apa yang terjadi dan perasaan emosi. Karena Allah memberikan prinsip hidup bahwa berkesudahan yang baik hanya bagi yang beriman.

Ada doa yang tercatat saat khatam Al Quran. Yaitu, memohon kebaikan dari semua kejadian yang dialami. Jadi, jangan memikirkan takdirnya, tapi bagaimana merekayasa kebaikan dari semua takdir. Itulah ikhtiar manusia.

Seorang sejarawan pernah menyimpulkan dari semua perjalanan sejarah manusia. Hasilnya, mereka yang memprediksi keburukan terhadap liku-liku perjalanan hidupnya berarti sudah berburuk sangka kepada Allah.

Andai menduga bahwa kebaikan tidak bisa menjadi wajah peradaban manusia, berarti sudah berburuk sangka kepada Allah. Andai menduga bahwa kezaliman tidak bisa dihentikan, berarti sudah berburuk sangka kepada Allah.

Jerih payahnya kehidupan untuk menguji persepsi dan pemikiran manusia. Persepsi apa yang dimunculkan? Mindset apa yang bergelora dalam jiwa? Karena kehidupan nyata yang dijalani akan tercipta dari apa yang muncul dari benak pemikiran kita.

Mengapa keputusasaan dilarang? Mengapa mati dalam keputusasaan, seperti bunuh diri, diganjar neraka? Karena mereka sudah tidak meyakini maha kerahmanan Allah di semesta ini. Apa gunanya meyakini adanya Allah tetapi tak meyakinkan Asmaulhusna-nya?

Keadaan terjepit dan terhimpit. Keadaan tak ada yang menolong dari seluruh makhluk adalah ujian. Persepsi apa yang terbangun terhadap kehidupan dan Allah?

Saat para Khalifah dan seluruh struktur pemerintah menyiksa imam Ahmad bin Hambal. Saat tak ada ulama dan masyarakat yang mampu menghentikan penyiksaan para penguasa. Apakah Imam Ahmad berputus asa?

Saat Sayid Qutb disiksa oleh diktator Gamal Abdul Nasser, apakah terlihat wajah keputusaasaan dan kesedihan dari wajahnya? Itulah ujian berupa rasa keputusasaan. Mau diikuti atau dihancurkan? Andai keputusaasaan yang dipilih berarti kita sudah berburuk sangka kepada Allah Yang Maha Rahman.

Rasa keputusaasaan adalah ujian jiwa. Bisakah memenangkannya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun