Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Film

Sosok Kang Seto dalam Filem Sultan Agung

28 Agustus 2018   10:34 Diperbarui: 28 Agustus 2018   10:36 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Mengisi waktu dengan menonton filem Sultan Agung di XXI CCM Cibinong bersama Istri dan tim Baksolahar. Belajar sambil menonton.

Ada satu fragmen yang cukup menarik tentang kang Seto, kakaknya Lembayung, temannya Sultan Agung di padepokan. Kang Seto sangat bijaksana, mengabdi pada Mataram dan ahli dalam bela diri. Namun tiba-tiba kang Seto menghilang, tak tahu rimbanya. Lembayung sudah mencarinya tetapi tak ditemukan.

Saat Sultan Agung mengirimkan mata-mata ke sebelum penyerbuan ke Batavia. Sang mata-mata melihat kang Seto. Sang mata-mata menyapanya, namun sosok itu tidak mengakui bahwa dirinya kang Seto. Mata-mata ini menginformasikan ke Lembayung bahwa sang kakak ada di Batavia. Lembayung pun berangkat ke Batavia bersama pasukan Mataram.

Saat pertempuran terjadi, Sang Kakak ada dipihak Kompeni Belanda. Sang Kakak menyerang dan membunuh pasukan Mataram. Betapa kagetnya Lembayung. Bukankah sang kakak idola kehidupannya? Mengajarkan sikap ksatria dan hikmah kehidupan? Lembayung mencari momentum untuk bertarung langsung dengan sang Kakak. Hingga akhirnya mereka berhadapan sebagai seorang ksatria. Sang kakak, Sang gurunya juga namun sudah berbeda dari ajarannya yang dulu.

Sang kakak bercerita tentang sakit hatinya pada pangeran Purboyo yang telah mengkhianati bahkan menghukumnya karena tuduhan pencurian emas kerajaan. Padahal dia tidak melakukannya. Sakit hati, menjadi dasar untuk membela Kompeni. Kompeni Belanda telah memberikan kehidupan. Begitulah ujarnya.

Sakit hati kadang lebih kuat dari pada nilai kehidupan yang dulu sangat digenggamnya. Sakit hati kadang melupakan akal sehat dan nurani kehidupan. Sakit hati membutakan nilai luhur, luntur karena kebencian.

Sakit hati kadang mengubur pikiran-pikiran besar. Mengubur cita-cita besar bersama pihak kebenaran. Kecewa bersama orang-orang yang membela kebenaran atau dihargai namun bersama orang yang membela kezaliman? Bila diri berjiwa besar, engkau korbankan sakit hatimu, lebih memilih bersama kebenaran. Kebenaran untuk kebaikan semesta. Sakit hati hanya cara kerdil melihat kemuliaan diri. Bila kerdil jiwamu, lebih memilih melampiaskan sakit hatimu dengan bersama kezaliman.

Sakit hati bersama orang yang membela kebenaran adalah ujian keikhlasan. Apa alasan bersama kebenaran? Karena dihargai? Karena dicintai atau dimuliakan? Berselisih diantara para pembela kebenaran adalah ujian hati. Benarkah kebersamaan kita dalam kebenaran?

Saat dirimu kecewa dengan para pembela kebenaran namun jangan sampai engkau kecewa dengan kebenaran tersebut. Saat engkau patah hati dengan para pembela kebenaran, jangan engkau hancurkan organisasi, lembaga dan kelompok yang konsisten bersama kebenaran.

Biarkan hatimu kecewa namun jangan pernah mengecewakan tegaknya kebenaran. Karena kebenaran adalah kemaslahatan semua manusia. Sedangkan sakit hati, cara kerdil jiwa melihat dirimu.

Saat adiknya terus menyadarkan, dengan menggugah pesan-pesan orang tuanya yang sudah meninggal. Namun tak bisa disadarkan pula. Akhirnya terjadi pertempuran kakak beradik tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun