Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Mindset" Takbir

22 Agustus 2018   08:05 Diperbarui: 22 Agustus 2018   08:22 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Takbir terus menggema. Apakah hanya hentakan suara kebisingan, sehingga pernah dilarang dilantunkan sambil berkeliling jalan?

Takbir ada dalam azan. Takbir ada dalam shalat, dalam zikir, termasuk sehabis shalat. Dikumandangkan saat berperang pun ada keutamaannya. Takbir pun tak pernah lepas dalam sejarah krusial bangsa Indonesia. Saat tak ada yang bisa memberikan energi perjuangan, yang tersisa hanya hentakan takbir yang membahana.

Hentakan dan teriakan apa yang membangkitkan kepercayaan dan keyakinan? Hentakan lantang apa yang bisa memberangus nyali musuh? Hentakan apa yang bisa menentramkan dalam himpitan yang terjepit? Hanya takbir saja.

Dalam Takbir, Allah yang didahulukan. Setelah itu dijelaskan sifat-Nya. Dalam semua doa yang resikonya tidak pernah bisa diprediksi dan diukur. Maka isi doanya tidak berisi permintaan tetapi menyerahkan total pada Allah. Karena Allah yang paling tahu cara menolong hamba-Nya. Itulah rahasia  takbir.

Bila sudah dalam genggaman, biasanya sangat sulit untuk dilepaskan. Takbir memberikan energi pelepasan. Takbir saat Idul Fitri, sebuah pernyataan dan peneguhan melepaskan nafsu. Takbir saat Idul Adha, sebuah pernyataan dan peneguhan melepaskan kecintaan pada harta dengan berkurban dan berhaji.

Energi pelepasan dimiliki oleh para pebisnis dengan berinvestasi. Tak takut rugi. Tak takut tidak kembali. Energi pelepasan dimiliki oleh yang ikhlas. Semua karya diawali dengan energi pelepasan bukan menggenggam. Menggenggam berarti membatasi ruang gerak dan pertumbuhan. Melepas berarti menanam, membuat ruang besar untuk bergerak dan berkiprah. Melepas sebuah mindset tak berartinya apa yang digenggam dan dimiliki. Semua harus ditukar dengan keabadian surga. Itulah mindset takbir.

Takbir memberikan energi keyakinan. Keyakinan menciptakan dunia nyata dalam jiwa. Semakin nyata dan jelas. Energi keyakinan bisa mendobrak semua tantangan yang awalnya tak mungkin dilampaui. Energi keyakinan menghasilkan energi daya cipta menjadi realita. Takbir membangun keyakinan, kecilnya apapun yang dihadapi walau dalam keterbatasan sumber daya.

Takbir basis dan buah perjuangan hidup. Dimulai dari Takbir, berakhir dengan takbir. Awal langkah Rasulullah saw berbasis takbir. Saat futuh Mekkah pun hanya untuk membesarkan Allah. Sayid Qutb menjadikan Takbir sebagai basis perbaikan masyarakat sebelum ditegakkan dalam kehidupan bernegara. Takbir sebagai basis hukum dan timbangan. Namun mengapa Takbir hanya dihadirkan saat hari raya saja?

Hari raya adalah hari kemenangan dan kebahagiaan. Lantunan tertinggi dan terindah adalah Takbir. Artinya, makna kehidupan kita yang terbesar adalah mewujudkan Takbir dalam seluruh  ranah dan dimensi kehidupan. Jangan hanya menjadi kamuflase lidah dan suara yang menggema.

Basis perjuangan bisnis, politik, budaya dan keilmuan adalah Takbir. Hasil perjuangannya untuk menegakkan Takbir. Berawal dan berakhir dari Takbir. Semua kiprah bukan untuk membesar diri, harga diri, kebanggaan diri, tetapi peneguhan kebesaran Allah.

Andai semua kiprah masih berbicara tentang dirimu. Kemana perginya lantunan Takbir yang engkau lantangkan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun