Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelisik Peluang Surga

19 Agustus 2018   08:30 Diperbarui: 19 Agustus 2018   08:46 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bisakah meraih surga dengan ketaatan dan ibadah? Bisakah ketaatan dan ibadah kita menyamai generasi Sahabat, Tabiin dan At Tabiin? Sangat sulit dan super sulit. Karena seluruh hidup, waktu dan jiwa mereka telah dijual kepada Allah. Sedangkan kita?

Bisakah meraih surga dengan sedekah-sedekah kita? Kikir kita lebih mendominasi. Generasi sebelumnya menyerahkan seluruh harta terbaiknya untuk dakwah, tanpa tersisa pun untuk diri dan keluarganya.

Bisakah meraih surga dengan kesulitan-kesulitan penderitaan perjuangan dakwah? Generasi sebelumnya sangat telah menghadapinya dengan seberat-beratnya ujian. Saat ini kita dirundung keterlenaan dan pengangguran kerja-kerja dakwah.

Lalu dengan apa dirimu meraih surga? Bila semua syaratnya tak terpenuhi. Padahal Abu Bakar dipanggil dari semua pintu-pintu Surga? Padahal Bilal bin Rabah raganya masih di dunia, namun langkah kaki sendalnya sudah terdengar di Surga?

Para Sahabat ketika masih hidup memiliki berbagai julukan atau personal branding yang sudah diridhai Allah dan Rasul. Yang sudah disebutkan dalam Al Quran dan Hadits?  Sedangkan kita, apa yang akan disebutkan oleh Rasulullah saw tentang prilaku keseharian kita?

Abu Bakar, personal brandingnya sebagai As Shidiq. Umar sebagi Al Faruq. Utsman, malaikat pun malu padanya. Ali, yang dicintai dan mencintai Allah. Khalid Bin Walid, pedang Allah. Huzaifah sebagai penjaga amanah umat. Zubair bin Awam sebagai pengawal setia Rasulullah. Apa personal brandingmu dihadapan Rasulullah saw bila beliau saat ini masih hidup?

Tak perlu Rasulullah saw yang menilai kita. Saat imam Hasan Al Bashri melihat prilaku masyarakat di era kehalifahan bani Ummayah, beliau menilai prilaku masyarakat sudah jauh dari tuntunan Rasulullah saw. Apalagi bila beliau melihat kita saat ini? Padahal saat itu masih banyak ulama tsiqah yang masih hidup dan membimbing masyarakat?

Di masa Sahabat Huzaifah masih hidup pun, beliau sudah melihat masyarakat sudah terbuai dengan fitnah-fitnah yang disebutkan Rasulullah saw, apa lagi di era sekarang? Padahal saat itu masih ada para Sahabat yang masih hidup untuk  mendidik dan membimbing masyarakat?

Lalu pantaskah kita merasa ahli surga? Pantaskah kita mengatakan ahli kebaikan dan kebenaran? Pantaskah kita menyebut sebagai ahli ibadah, ahli sujud, ahli zuhud, ahli dakwah? Pantaskah kita menyebut mereka ahli neraka, ahli keburukan, ahli bid'ah? Saatnya bukan mengecam dan menjuluki kita dengan segudang kebaikan. Saatnya bergandengan tangan untuk menciptakan kebaikan bersama yang tersistem dan terorganisir. Seperti shalat berjamaah yang saling mengisi.

Lalu bagaimana kita meraih surga di era sekarang? 

Hadirkan semua dosa dan keburukan dipelupuk mata mu. Perbanyaklah beristighfar dalam semua kebaikanmu. Perbanyak doa-doa pengharapan Rahman-Rahim-Nya Allah. Begitulah solusi Imam Ibnu Razaq memberikan solusi. Akui saja semua keburukan. Mampangkan semua dosa kita. Lalu perbanyaklah istighfar dan berdoa. Bukan memampangkan kebaikan yang tidak ikhlas dan tak terbimbing syariat.

Beristighfar dalam kebaikan dan Mengalirkan air mata ketakutan dalam keburukan. Itu cara meraih surga di era keteledoran kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun