Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Prabowo-Jokowi, Atmosfir Menjelang 2014-2019

13 Agustus 2018   07:34 Diperbarui: 13 Agustus 2018   08:28 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Apa yang membedakan Prabowo dan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019? Ini yang bisa menentukan kemenangannya. Start awal sangatlah menentukan. Atmosfir awal sangatlah penting.

Atmosfir 2014 dimulai dengan euforia Jokowi yang luar biasa. Dis cermin perlawanan kelas bawah terhadap kelas atas. Lihat saja mereka yang mempopulerkannya? Setiap aksinya walau masuk ke got menjadi berita yang luar biasa.

Mobil Esemka buatan anak STM membuatnya bisa road show dari Solo ke Jakarta. Menjadi tokoh perubahan Republika, belum lagi berita-berita yang menobatkan dia sebagai Walikota terbaik. Akselerasi dan bombastis pemberitaan saat itu sangat luar biasa.

Backup dana dari para pengusaha saat menjadi Gubernur Jakarta sangat luar biasa. Baru menjadi gubernur akselerasi kerjanya sangat cepat. Dananya dari mana? APBD saja masih mengakomodasi program lama?

Proyek keberhasilan di endorse luar biasa oleh pasukan robot dan jasmev yang luar biasa di jagat dunia maya. Dunia maya dikuasai total hingga tak ada yang membendungnya. Disinilah awal dari seluruh hiruk pikuk kekerasan kata di media sosial.

Berbeda dengan Prabowo. Diawali dengan terjangan sebagai pelanggar HAM. Kasus penculikan, tragedi kemanusiaan ditujukan kepadanya. Ini yang membuatnya terpojok di sesi awal pencalonannya. Eforia Jokowi sangat kuat dibandingkan Prabowo. Perjuangan Prabowo hingga mendekati 50 persen di Pilpres 2014 merupakan kerja yang luar biasa.

Atmosfir 2019 sepertinya berada ditangan Prabowo. Gerakan 212 dan #2019Gantipresiden menjadi euforia perlawanan terhadap kegagalan Jokowi selama mengelola pemerintah. Keberhasilan pasangan Anies-Sandi    dalam mengelola Jakarta selalu menjadi decak kagum banyak orang dan media.

Setelah gerakan aksi 212 dan marathonnya kampanye #2019GantiPresiden yang dikomandoi para kader PKS dan juga relawan,  membuat gerakan ini sangat real di aksi nyata dan sosial media. Jadi sangat terlihat bahwa dunia nyata dan maya dikuasai oleh   mereka yang cendrung ingin kepemimpinan yang baru.

Gerakan yang bersama dan terorganisir terus mendukung gerakan ini seperti Ijitima Ulama. Ditambah munculnya Sandiaga Ini yang dikagumi emak-emak dan generasi Milenial. Jadilah jagat dunia maya dikuasi total.

Jokowi sendiri sudah tidak solid. Lihatlah saling klaim PKB-PPP soal yang paling layak menjadi representative KH Maruf Amin. Arus utama Jokower dan Ahoker terpecah. Suara sumbang untuk golput menggeliat. Hingga akhirnya  Luhut harus membongkar surat dari Ahok bahwa Ahok siap untuk menjadi jurkam Jokowi di Pilpres 2019.

Berita kegagalan Jokowi menenuhi janjinya sangat massif tersebar. Terutama dibidang ekonomi. Ini tentunya sangat menentukan start awal. Start awal yang buruk memubutuhkan kerja keras yang luar biasa. Apakah Jokowi bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun