Mohon tunggu...
Nasrullah Idris
Nasrullah Idris Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Masalah Baru bidang Sains Matematika Teknologi

Bidang Studi Reformasi Sains Matematika Teknologi | Facebook : http://www.facebook.com/nasrullah.idris

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dari Aspek Bahasa: Awal Ramadhan Tidak Sama dengan Awal Berpuasa

5 Agustus 2012   08:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:14 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2012  "Pemerintah menetapkan awal Ramadan jatuh tanggal 21 Juli 2012" atau "Pemerintah menetapkan awal berpuasa jatuh tanggal 21 Juli 2012"
Di mata publik Indonesia, tampak keduanya tidak ada perbedaannya.
Karena itu biasanya pertanyaan seputar kapan awal Ramadan dan kapan awal berpuasa akan memperoleh jawaban yang sama berupa tanggal berdasarkan kalender syamsiah.
Dari sisi bahasa, awal Ramadan dalam kaitan bulan kesembilan dalam kelander Komariah itu menunjukkan detik kesatu, kedua, ketiga, dan seterusnya. Ini terjadi sekitar Asar dan Magrib, hari Jum’at, tanggal 20 Juli 2012. Karena itulah beberapa jam kemudian berlangsung solat Tarawih. Bukankah solat sunat ini hanya terjadi pada bulan Ramadan? Rasanya hampir tidak ada juga menganggapnya terjadi di akhir bulan Syaban. Nah, berarti hari Jum’at, tanggal 20 Juli 2012 pada sore hari sudah masuk bulan Ramadan.
Sedangkan awal berpuasa menyangkut hari pertama pelaksanaan menahan lapar, mulai fajar menyingsing sampai terbenamnya matahari, yang terjadi tanggal 21 Juli 2012. Kan tidak memenuhi syariat kalau dilakukan tanggal 20 Juli 2012 sore hari.
Jadi solat Tarawihlah yang mendahului ibadah puasa, bukan sebaliknya. Buktinya pasca buka puasa terakhir tidak dilanjutkan dengan tarawih. Masyarakat muslim Indonesia sedang sibuk melafazkan takbir dan mempersiapkan Idul Fitri.
Dengan kasat mata saja, yaitu melalui pelaksanaan Tarawih pertama, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa awal Ramadan tidak sama tanggalnya dengan awal berpuasa dilihat dari kalender Syamsiah, yang masing-masing tanggal 20 Juli 2012 dan 21 Juli 2012, meskipun dari sisi kalender Komariah, sama-sama terjadi pada 1 Ramadan.
Tetapi kenyataannya ada kecenderungan masyarakat di Indonesia menganggap keduanya berlangsung pada tanggal yang sama. Malah persepsi ini telah berlangsung dari generasi ke generasi.
Perhatikan saja pada saat pengumuman. Pemerintah menetapkan awal Ramadan jatuh pada tanggal 21 Juli 2012. Tentu saja maksudnya awal berpuasa.
Entah kenapa pemerintah tidak menjelaskannya secara tuntas, yang membuat umat Islam bisa membedakan awal Ramadan dan awal berpusa. Padahal ini sangat penting demi mencerdaskan umat Islam di bidang astronomi, sehingga pemahaman awal berpuasa dan awal Ramadan bisa lebih jelas dalam pikirannya masing-masing.
Boleh jadi karena sudah masyarakat Indonesia terbiasa dengan kalender Syamsiah, yang pergantian tanggalnya berlangsung tengah malam, sehingga seolah-olah untuk kalender qomariah pun terjadi pada waktu yang sama. Padahal tidak.
Walaupun pukul 00.00 pada kelender komariah yang terjadi pada sekitar petang itu tidak dilembagakan atau disosialisasikan melalui jam, beker, atau digital, minimal masyarakat tahu akan waktu pergantiannya.
Pakar Astronomi jelas mempunyai tanggungjawab moril untuk mengapresiasiakannya dalam berbagai kesempatan : tulisan, ceramah, sampai wawancara.
Memang kesalahkaprahan di tanah itu tersebut tidak sampai mengganggu pelaksanaan ibadah puasa.
Tapi dari sisi pendidikan bisa dijadikan salah satu indikator masih rendahnya apresiasi Astronomi di negeri ini. Kenyataannya memang ya. Pelajaran astronomi masih kalah populer dibandingkan berbagai kedisiplinan ilmu lainnya. Definisi rukyat dan hisab, dua kosa kata yang sudah sangat populer, belum dipahami oleh sebagian umat Islam di Indonesia. Berbeda dengan di negara seperti Arab Saudi, yang sudah menjadi pengetahuan umum, termasuk di kalangan anak remaja.
Bagaimanapun sepelenya kesalahkapraha tetap harus dihilangkan. Jangan mewariskannya kepada generasi-generasi mendatang. (Nasrullah Idris/Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun