Mohon tunggu...
Nasrul Hasim (ARUL)
Nasrul Hasim (ARUL) Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA

haii akuu seorang ambivert

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Magelang di Hatiku: Jatilan dan Tradisi yang Membuatku Betah

6 April 2025   09:47 Diperbarui: 6 April 2025   09:47 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
potret foto digondang mungkid (tradisi jatilan)

Magelang bukan sekadar tempat tinggal, melainkan rumah bagi jiwa dan raga. Di balik hijaunya sawah, dinginnya udara pegunungan, dan ramahnya senyuman warga, ada satu hal yang membuatku enggan pergi: tradisi. Lebih khusus lagi, jatilan---tarian magis yang sarat makna dan kekuatan budaya lokal---menjadi salah satu alasan terbesarku betah di tanah ini.

Jatilan, atau sering juga disebut kuda lumping, bukan sekadar hiburan rakyat. Ia adalah warisan leluhur yang masih hidup di tengah arus modernisasi. Irama gamelan yang mengiringi, gerakan penari yang penuh semangat, hingga adegan trance yang menggugah rasa, semuanya membentuk pengalaman budaya yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Setiap kali menyaksikan pertunjukan jatilan, rasanya seperti tersambung langsung dengan akar-akar sejarah yang dalam.

Di Magelang, jatilan bukan tontonan langka. Hampir setiap momen penting---baik dalam perayaan desa, khitanan, atau penyambutan tamu penting---jatilan selalu hadir sebagai simbol penghormatan dan kebanggaan budaya. Tradisi ini dijaga dengan sepenuh hati oleh warga, dari generasi ke generasi.

Tak hanya jatilan, Magelang juga kaya dengan beragam tradisi lain seperti nyadran, kenduri, dan upacara adat yang mengakar kuat di masyarakat. Tradisi-tradisi ini bukan sekadar seremoni, melainkan juga perekat hubungan sosial, penguat nilai kebersamaan, serta pengingat akan pentingnya menghormati leluhur.

Di saat banyak tempat mulai kehilangan identitas budayanya, Magelang justru menjadi penjaga warisan leluhur yang tetap lestari. Inilah yang membuatku nyaman dan betah. Hidup di Magelang membuatku merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diriku sendiri---sebuah komunitas yang hidup dalam harmoni dengan budaya dan alam.

Magelang bukan hanya tempat untuk tinggal, tapi tempat untuk mencintai dan dicintai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun