Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hikmah Besar di Balik Gempa dan Tsunami; Bagi Saya (Korban)

26 Desember 2016   19:23 Diperbarui: 27 Desember 2016   09:51 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gempa dan Tsunami Aceh tahun 2004 sudah meghancurkan semua segi kehidupan dari segi tempat tinggal, pendidikan, moral dan lain-lain.termasuk saya sebagai salah satu korban Tsunami, saat kejadian saya masih kelas 6 SD.

saya akan sedikit bercerita tentang kondisi kampung saya sebelum Gempa dan Tsunami 2004. jadi, sebelum Gempa dan Tsunami Terjadi saya merasa dunia ini sempit. karena saat itu saya ingin pergi ke kota kabupaten saja satu tahun sekali,maklum keluarga saya hanya keluarga sederhana. atau karena mungkin saya masih kkecil sehingga saya jarang pergi ke kota. namun yang pasti saya merasa kehidupan saya saat itu sangat tertinggal dan saya rasa masa depan akan suram. karena ada orang kuliah di sekolah tinggi di kabupaten saya saja sudah woww sekali dan saat itu orang yang dapat kuliah hanya yang memmpunyai uang banyak. saya yang hidup sederhana saya rasa sulit untuk mencapai perguruan tinggi.

saya sekolah dasar di desa saya. saya pergi sekolah dengan jalan kaki dan tidak di antar sama orangtua karena saat itu jika  di antar sama orangtua berarti anak itu manja dan bukan anak kampung yang berani.

jika di putar balik pasca kejadian gempa dan Tsunami di Aceh dengan sekarang saya mungkin salah satu korban  Gempa dan Tsunami Aceh yang sangat beruntung. karena saat kejadian Tsunami Aceh terjadi. saya merasa sekolah itu tidak ada lagi makna dan tidak penting, dunia terasa sudah kiamat. dan untuk bersekolah pun saya tidak mempunyai lagi semangat dan cenderung pergi sekolah hanya untuk bermain-main saja. karena memang selalu bermain saat sekolah karena mungkin kami trauma dengan Gempa dan tsunami. namun, dibalik bermainnya kami dengan para relawan yang memulihkan rasa trauma pasca Gempa dan tsunami Aceh. saya  merasa sangat gelisah dengan keadaan saya karena mimpi saya ingin sekolah tinggi sepertinya pupus dan tidak mungkin jika saya melihat kondisi saat itu.

cita-cita saya yang ingin sekolah tinggi saya pendam dalam hati saya saat itu. dengan maksud supaya orangtua saya tidak khawatir. karena orangtua saya takut anaknya bisa stress karena tidak bisa sekolah tinggi. tetapi mimpi saya itu saya ucapkan saat di sekolah. biasanya pak guru atau relawan guru tanya kamu  mau jadi apa? saya bilang saya ingin jadi Dokter. minggu depan tanya lagi, saya ingin jadi Ilmuwan. minggu depan tanya lagi, saya ingin jadi tentara. minggu depan tanya lagi, saya ingin jadi Presiden. minggu depan tanya lagi, saya ingin wartwan minggu depan tanya lagi, saya ingin menjadi relawan. intinya cita-cita hanya sebuah lelucon yang tidak mungkin lagi saya capai saat kondisi saat itu. saya pikir wajar, mengingat saya sekolah di bawah tenda. yang mana paginya dingin pas jam 11 siang tidak mau masuk ke kelas lagi karena kepanasan. namun aneh saya saat itu tetap semangat pergi sekolah.

pasca Gempa dan Tsunami 2004, sempat berpikir di dalam benak saya jika Allah SWT memberi kesempatan saya terus bersekolah saya akan menggunakan kesempatan bersekolah sebaik-baiknya. alhamdulillah kesempatan bersekolah di berikan sama Allah SWT.

selesai pergi sekolah dasar saya pergi sekolah SMP di kecamatan. jauh namun karena itu yang bisa dicapai saya tetap pergi ke sekolah. sebenarnya saya tidak mau sekolah di SMP kecamatan. saya sebenarnya mau sekolah di Kota Kabupaten saya. akan tetapi ibu saya  masih takut dengan kejadian Gempa dan Tsunami  demi aman sehingga saya disekolahkan di SMP kecamatan. sedikit sedih akan tetapi karena sudah perintah orangtua saya tidak bisa berbuat apapun.

mungkin pikir orang yang tidak terkena dampak Gempa dan Tsunami 2004 melihat kehidupan saya sekarang menyedihkan karena saya masih menjadi pengangguran.namun saya sekarang sangat bersyukur sebab mimpi saya pergi sekolah di perguruan tinggi tercapai dan salah satu keinginan saya saat kecil sudah mulai ada gambaran sepertinya saya akan menjadi ilmuwan. selain ilmuwan saya juga sudah menulis di koran lokal, sudah pernah menyiar radio yang intinya kedua itu menjadikan saya seperti wartawan. Alhamduillah kesempatan itu Allah SWT berikan kepada saya.

sejak pasca Gempa dan Tsunami 2004 saya banyak merubah gaya hidup saya. sekarang saya sangat perhatian dengan hal-hal kecil dan tidak mau mubazir.dan sekarang orang-orang sering bertanya-tanya kenapa saya makan sampai habis semua atau istilahnya kucingpun tidak bisa lagi makan sisa-sisa dari makanan yang saya makan. saya akan menjelaskan bahwa saya sangat menghargai makanan dan saya sudah merasa makanan yang terkena air laut yang bau sekali saat di pengungsian dulu pasca Gempa dan Tsunami dan ibuku memaksa saya makan karena jika tidak makan saya akan sakit. memang akan sakit karena memang  makanan tidak ada pasca 3 hari Gempa dan tsunami terjadi. sekitar satu minggu baru ada bantuan dari pihak pemerintah dan NGO asing sampai ke tempat pengungsian. oleh karena itu saya tidak mau membuang-buang makanan walaupun sedikit karena sudah merasakan betapa saya dan korban Tsunami lainnya menderita saat itu.

di pengungsian saat itu saya dengan korban Tsunami yang lain dibagikan baju bekas. dan lucunya baju bekas itu. ada yang bagus tapi kecil, ada yang pas tapi kancingnya rusak. ada yang pas dan bagus tapi warnanya jelek. intinnya yang bekas tidak enak. namun karena tidak ada baju ya sudah lah apapun itu libas saja.

bagi korban Gempa dan Tsunami 2004 sudah saatnya bersyukur dan jangan mudah mengeluh dengan hal-hal sepele. saya rasa mental korban  Gempa dan tsunami 2004 sangat kuat dan tidak mudah menyerah untuk menghadapi kerasnya kehidupan sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun