Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Abu Batubara yang Terbiarkan di Kebun Kami

27 April 2022   01:04 Diperbarui: 27 April 2022   01:10 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tongkang pengangkut batubara dilihat dari kebun ( dok pribadi)

Pagi yang indah hari ini saya pergi ke kebun. Di kebun saya bertemu dengan abangnya ibu. Maklum kebun saya merupakan harta warisan nenek. Jadi, sudah pasti tetangga kebun saudara semua.

Akhirnya saya menyapa "yawa". Kalau dalam bahasa kami di kampung. Sebutan untuk seorang abangnya ibu adalah "yawa". 

Sekitar setengah jam berbicara dengan yawa tiba-tiba kami mencium bau gosong batu bara yang ada sekitar 3 kilometer dari lokasi tempat penyimpanan batu bara sebelum di angkut oleh tongkang untuk di jual. Dari bau batu bara yawa mengeluh bagaimana cara membuktikan kepada Perusahaan batu bara jika kita merasa terganggu dengan aktivitas mereka?.

Saya bilang, sebenarnya bisa divideokan namun hari ini saya lupa bawah handphone sehingga momen baunya batu bara terlewatkan.

Saya pribadi baru hari ini mencium, dan mengetahui bahwa bau yang menyengat itu dari batu bara. Sebab sebelumnya saya mengabaikan karena pergi ke kebun hanya sebentar. Jadi, tidak tercium.

Dari cerita yawa yang tinggal di desa binaan perusahaan batubara tersebut bahwa sudah sering mencium bau batubara. Namun karena beliau orang kecil maka tidak mungkin melapor.

Yawa merasa tersiksa karena beliau sedang sakit paru paru nya. Yang mana jika kerja berat maka paru paru nya akan terasa seperti terbakar dan batuk yang dahaknya bercak darah. Apalagi ditambah dengan kondisi dikebun yang tidak sehat akibat abu batubara.

Sebenarnya saya sudah memberikan saran melapor kepada kepala desa. Namun yawa malas melapor sebab kepala desa nya seperti sudah tidak mau menolong warga nya sendiri.

Hal tersebut beliau ungkapan bukan tanpa alasan.karena katanya uang dispensasi abu dari perusahaan batubara ada. Namun untuk tahun ini belum sampai. Dan sama dengan saya juga belum ada informasi kapan diberikan uang dispensasi. Maklum saya harus ada juga walaupun bukan desa binaan namun juga terdampak dari abu batubara.

Dampak abu batubara ini seharusnya menjadi konsen dari perusahaan karena jika dibiarkan terus-menerus bukan tidak mungkin semua warga yang dekat dengan perusahaan batubara akan mengidap penyakit paru-paru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun