Ada sosok pemimpin Gereja Katolik pertama dari Amerika Latin yang nggak cuma duduk manis di Vatikan tapi juga bener-bener peduli sama dunia ini. Yha, namanya Jorge Mario Bergoglio, atau yang kita kenal sebagai Paus Fransiskus. Dia wafat di usia 88 tahun pada April 2025 setelah berjuang melawan stroke dan masalah kesehatan lainnya.
Nah, selama 12 tahun jadi paus sejak 2013, dia tuh bukan cuma kepala spiritual buat umat Katolik sekitar 1,3 miliar orang di dunia. Lebih dari itu, dia adalah suara moral yang nyuarain banyak hal penting---mulai dari keadilan sosial sampai perlindungan lingkungan hidup.
Politik? Bukan Sekadar Kekuasaan!
Saya suka  sekali dengan cara pandang politik beliau. Dia bilang politik itu harusnya politik kemanusiaan, bukan soal kekuasaan atau keuntungan semata. Dia tolak keras sistem neoliberal yang bikin manusia jadi komoditas pasar doang. Dalam bukunya Fratelli Tutti (2020), dia kritik populisme dan nasionalisme sempit serta ajak semua orang bangun "budaya perjumpaan" --- artinya saling menghargai meski beda agama atau ideologi.
Peduli Lingkungan? Banget!
Kalau ngomong soal lingkungan hidup, Paus ini keren banget karena dia nggak lihat krisis iklim cuma sebagai masalah teknis aja. Menurutnya krisis lingkungan itu juga masalah moral dan sosial! Di ensiklik terkenalnya Laudato Si' (2015), dia bilang bumi adalah rumah bersama kita semua dan harus dirawat dengan kasih sayang serta tanggung jawab bersama.
Dia juga kritik sistem ekonomi global yang rakus sampai merugikan alam sekaligus memperparah ketimpangan sosial---jadi dua krisis ini sebenarnya satu paket problem besar: krisis sosial-ekologis.
Keadilan Sosial? Prioritas Utama!
Paus Fransiskus sangat vokal tentang ketidakadilan ekonomi global. Dia bilang ekonomi eksklusif dan ketimpangan itu "ekonomi pembunuh." Jadi jangan percaya deh sama teori trickle down economics alias kalau ekonomi tumbuh otomatis kemiskinan bakal hilang---justru sebaliknya! Sistem kayak gitu malah bikin kelompok miskin makin terpinggirkan.
Dia selalu bela kaum marjinal seperti buruh migran, masyarakat adat, hingga tunawisma dengan sepenuh hati.
Warisan Moral untuk Dunia