Salah satunya adalah Datu Museng kecil dengan kakeknya yang melarikan diri ke tanah Sumbawa.Â
Sesampainya di tanah Sumbawa, singkat cerita, Datu Mupeng menikah dengan Maipa Deapati. Proses pernikahan mereka berdua tak diuraikan di dalam film
Bertahun-tahun mendambakan seorang pahlawan, pasukan Makassar yang tinggal sedikit pun mengutus salah satu pasukannya, La Baco untuk pergi ke tanah Sumbawa guna membawa pulang Datu Mupeng.Â
Utusan Makassar pun berhasil menemui Sultan Samawa penguasa Sumbawa untuk memintai menantunya agar pulang ke tanah kelahirannya guna membantu pasukan Gowa melawan VOC.Â
Dengan bijak, sang sultan menyetujui apa maunya utusan Makassar, dengan syarat kepergian sang menantu harus didampingi oleh istrinya (anaknya sultan)Â
Maka pergilah mereka dengan prajurit pilihan sebanyak sepuluh orang.Â
Berlayar berhari-hari, tibalah mereka di Tanah Makassar.
Singkatnya, perjuangan dipimpin langsung oleh sang Datu dengan strategi gerilya. Â Kisah perlawanan ini, mengingatkan saya pada Kisah Perang Badar dan seorang Khalid bin Walid.Â
Perang Badar tak butuh banyak orang untuk memenangkan sebuah peperangan. Kemenangan sejati terletak pada seberapa dekatnya kita dengan Sang Khaliq.Â
Sementara ketokohan Khalid dan Datu Mupeng terletak pada kharismatiknya seorang panglima yang tak pernah terkalahkan.Â
Selanjutnya peran Maipa Daepati hampir sama dengan kisah Khadijah dalam menemani Rasul SAW dalam berjuang menegakkan kebaikan.Â