Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Pengajar yang terus belajar apa saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ngeles

22 Juni 2016   00:15 Diperbarui: 22 Juni 2016   00:41 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ngeles sudah menjadi istilah populer di masyarakat, seolah sudah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, padahal belum. Ngeles merupakan ungkapan yang berdimensi kultural, yang tidak mudah dicarikan padanannya dalam bahasa formal. Ngeles masih lebih tepat dikategorikan sebagai bahasa "gaul" yang berkembang dalam pergaulan. Istilah ngeles lazim digunakan dalam bahasa tutur baik secara lisan maupun tulisan yang bersifat informal, dan sampai saat ini belum dapat diterima sebagai ungkapan ilmiah.  

Secara kebahasaan, ngeles berarti menghindar, menampik. mengingkari, menghindar atau membela diri. Ngeles memiliki kemiripan arti dengan kata apologi, mencari alasan, pembenar, membela diri, tetapi dari segi rasa tetap saja tidak mewakili maksud penuturnya. Ngeles berbeda dari klarifikasi yang berkonotasi memperjelas suatu permasalahan yang menimbulkan perbedaan pemahaman atau kesalahpahaman. Sedangkan ngeles adalah ngeles, yaitu usaha seseorang menghindari suatu tugas, tanggung jawab, membela diri dari keharusan menanggung resiko suatu perbuatan, menghindari suatu tuntutan atau tanggung jawab yang seharusnya dipenuhi.

Kata ngeles begitu sering digunakan mengingat perilaku ngeles merupakan fenomena yang lazim dijumpai dalam kehidupan sehari. Banyak orang biasa melakukan ngeles dalam rangka menghindari suatu keadaan yang tidak diinginkan, atau tidak nyaman untuk dihadapi. Secara psikologis, ngeles merupakan suatu bentuk pertahanan diri (defence mechanism) individu agar merasa aman di tengah kondisi yang pada dasarnya tidak nyaman, karena adanya beban moral, tanggung jawab, atau beban perasaan lainnya.

Kata ngeles sering digunakan untuk menunjukkan predikat atau nilai suatu perilaku atau tindakan yang mencerminkan suatu karakter yang pada umumnya berkonotasi kurang positif.  Ngeles memang tidak selalu berarti negatif, tetapi lebih sering berkonotasi negatif, atau minimal kurang positif. Ngeles dalam konotasi positif adalah yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka menolak suatu tugas atau pekerjaan tetapi tetap menjaga perasaan orang lain. Misalnya, ketika seorang pekerja wanita diminta menemani sang bos untuk bekerja di ruangan tertutup pada hingga larut malam, kemudian ngeles dengan cara mencari-cari alasan untuk menolaknya.

Ngeles positif yang positif memang diperlukan, terutama ketika seseorang perlu mempertahankan integritas di tengah situasi yang sulit ditolak. Seseorang dapat saja ngeles demi menghindari sesuatu yang kurang baik, tetapi dengan tetap menjaga kesopanan dan perasaan orang yang mengajaknya. Ngeles yang seharusnya dihindari adalah yang bersifat negatif, yaitu perilaku dan tindakan yang merepresentasikan sifat-sifat atau karakteristik berikut.

1.  Karakteristik Orang Gagal

Yang paling sering terjadi, ngeles lebih banyak dilakukan oleh orang-orang yang gagal. Ngeles ketika terlambat masuk kuliah, terlambat masuk kantor, atau tidak berhasil menyelesaikan tugas, merupakan bentuk pembelaan diri yang tidak perlu. Mencari-cari alasan atas kegagalan hanyalah mencerminkan pribadi yang gagal, sebab kegagalan adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan dan dicarikan solusi, bukan untuk dicarikan pembenar dan dimaklumi.

2.  Karakteristik Pemalas

Mencari-cari alasan sering dilakukan oleh orang yang memiliki etos kerja rendah. Banyak orang ngeles atas dasar kemalasan, dalam rangka mencari kemudahan dalam bekerja dengan cara menghindari tugas atau pekerjaan. Banyak orang ngeles ketika disodori suatu tugas yang dirasa menambah beban kerjanya dengan cara mengajukan berbagai alasan seperti masih banyak pekerjaan, kesibukan keluarga yang seharusnya tidak layak untuk dijadikan alasan. Banyak produsen yang ngeles dengan alasan terlalu banyak pesanan, banyak pegawai tidak masuk kerja dan sebagainya ketika gagal memenuhi target atau tenggat waktu yang disepakati. Padahal dengan menyanggupi suatu pekerjaan dengan sendirinya seseorang tahu beban dan tanggung jawab yang seharusnya mampu diselesaikan.

3.  Karakteristik Tidak Bertanggung Jawab

Bagian terburuk dari ngeles adalah bahwa perilaku tersebut menunjukkan bahwa orang yang suka ngeles berarti memiliki masalah kepribadian, mental bermasalah. Ngeles semacam ini biasa dilakukan oleh manusia yang integritas moralnya rendah, manusia yang tidak bertanggung jawab atas ucapan, sikap, perilaku dan tindakannya. Di antara orang tipe adalah mereka yang suka mengingkari janji yang pernah diucapkan, tidak menjalankan komitmen yang seharusnya dipegang, tidak mau mengakui kesalahan yang sudah dibuat, dan memilih mencari-cari alasan untuk lepas dari tanggung jawab. Orang tipe ini dalam agama disebut munafik, penghuni dasar neraka (fi ad-darki al-asfali min an-nar), karena integritasnya rendah dan ucapannya tidak dapat dipegang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun