Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Pengajar yang terus belajar apa saja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pertempuranku Melawan Covid-19

3 April 2021   05:19 Diperbarui: 3 April 2021   05:22 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebelum Covid 19 mewabah, aku berada di titik tertinggi pencapaian hidupku. Penghasilan bersihku memang belum sampai 40 jutaan/bulan, tapi hari-hariku terasa kian menantang dan jalan masa depan terasa semakin lapang dengan berjuta rencana yang kian jelas jalannya.

Setelah mapan dengan bisnis kecil-kecilan, Desember 2019 aku mulai kembangkan usahaku. Ekspansi lahan dan bangunan senilai hampir 2 M menjadi lompatan terbesar pertama seumur hidupku dan rasanya akan terus berkembang seperti road map-ku.  

Berita tentang wabah Covid 19 di China begitu jauh dari perhitunganku karena seakan tak akan pernah menimpaku. Bahkan saat warga negara Indonesia dipulangkan dari China, aku masih seperti kembang desa yang jadi rebutan perbankan yang merayuku untuk kerja sama.

Aku bahkan masih bisa bersantai saat Maret 2020 wabah ini benar-benar melanda negeriku. Aku optimis ini hanya sementara saja dan semua akan segera kembali seperti semula. Dua bulan aku masih perkasa menanggung operasional, terutama gaji karyawan meski omzet usahaku tiba-tiba turun drastis, tapi mulai benar-benar berpikir keras menghadapi bulan ketiga. Aku beruntung bisa lalui semua tanpa korbankan satupun karyawan di saat banyak orang seperti mereka kehilangan penghasilannya.

"Hari-hari ini kita tidak punya pilihan, selain bertempur melawan wabah ini. Misi kita adalah bertahan hidup dengan berusaha lebih keras meski hasil kerja kita tak sebaik sebelumnya. Buat Anda yang punya peluang pekerjaan lebih baik di luar sana, silakan ambil. Buat Anda yang mau berjuang bersama saya, saya mohon pengertiannya untuk tidak menuntut fasilitas seperti sebelumnya" Begitu aku tekankan pada mereka.

Aku tahu beberapa karyawan kasak-kusuk ingin resign, tapi mengurungkan niatnya setelah melihat banyak PHK di luar sana. Mereka tahu, bisnis ini bertahan hanya semata demi menopang kebutuhan mereka, sebab bisnis di masa pandemi bagai merawat bara api agar sekedar tetap menyala. Mereka tahu cash flow keuangan bisnisku benar-benar pas-pasan, bahkan kadang kurang untuk membayar gaji pokok mereka. Bahkan 4 bulan lalu terpaksa aku jual beberapa aset dengan harga murah demi menutup kekurangan operasional.

Bukan hal mudah bertahan di tengah bayang-bayang wabah Covid 19. Kami berusaha sehati-hati mungkin agar tak seorangpun terpapar wabah ini, sebab begitu ada satu orang saja yang terkena, besar kemungkinan kami harus menghentikannya, dan itu berarti semakin tipis harapan untuk bangkit kembali. "Prinsipnya, kita harus terus bekerja dan tidak boleh terpapar Covid" Berulang kali kutekankan pada mereka.

Aku bersyukur bisa melalui semuanya. Bisnisku tetap bertahan tanpa satupun karyawan maupun keluarga terpapar virus Corona. Mampu bertahan setahun bagiku sudah luar biasa. Apalagi dua tiga bulan terakhir keadaan mulai membaik. Aku kembali optimis menyambut hari-hari baru dengan segudang rencana. Banyak hal baru yang harus diadaptasi hingga serasa harus memulai semuanya dari awal. Meski keadaan sudah tak lagi sama, tapi setidaknya secercah harapan sudah kian terbuka.

Saat aku siap melangkah, tiba2 istriku mengeluh panas badannya. Aku pikir itu hanya panas biasa, tapi beberapa hari kemudian nafasnya kian tersengal-sengal dan seketika aku curiga, jangan-jangan terkena Covid 19.

Ternyata benar. Hariku tiba-tiba gelap gulita setelah hasil swab antigen di rumah sakit menyatakan istriku postitif covid bahkan kondisinya diketegorikan kritis. Aku berusaha tegar saat mengantarnya ke ruang isolasi, tapi tak henti menangis setelah dokter menjelaskan keadaannya. Kemarin-kemarin aku mampu melawan wabah ini agar tidak menghancurkan bisnis yang kurintis bertahun-tahun, tapi rupanya kali ini Covid 19 menyerang keluargaku.  

Kali ini aku tak terlalu kuatir wabah Covid-19 menyerang usahaku, tapi benar-benar tersakiti saat virus ini menyerang keluargaku. Apalagi istriku memiliki riwayat penyakit darah tinggi yang membuatnya kian tak berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun