"Apakah ini kutukannya?"
"Ah bukan, ini musibah." Batin Pak Gino berperang.
"Itu dulu, ini kan sekarang. Ini bukan kutukan."
Pak Gino menghibur diri sendiri. Namun perempuan itu semakin jelas memaki-makinya. Hingga suaranya memenuhi kepala Pak Gino.
***
"Aku hanya ingin membantu mereka, dengan sedikit uang ketertiban, mereka tetap bisa berjualan dengan untung lebih banyak dari yang disetorkan padaku."
"Tapi Bapak telah menyalahgunakan wewenang. Bapak makan uang haram, keringat orang. Dosa Pak, dosa!"
Kali ini tiba-tiba muncul isterinya di mata Pak Gino. Isterinya ngomel tak henti-henti, karena Pak Gino memberi makan keluarganya dengan uang tak halal. Uang ketertiban dari para pedagang kakilima yang takut dagangannya diangkut.
"Ini imbalan Bu, bukan uang haram. Aku bekerja Bu."
"Meski sakit, aku tak ingin makan uang haram itu Pak. Silakan Bapak pakai sendiri."
Ah, isterinya kini ikut-ikutan muncul bersama perempuan tua pedagang bubur itu.