Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karmapala

23 September 2019   22:44 Diperbarui: 23 September 2019   23:05 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: minanews.net

"Apakah ini kutukannya?"

"Ah bukan, ini musibah." Batin Pak Gino berperang.

"Itu dulu, ini kan sekarang. Ini bukan kutukan."

Pak Gino menghibur diri sendiri. Namun perempuan itu semakin jelas memaki-makinya. Hingga suaranya memenuhi kepala Pak Gino.

***

"Aku hanya ingin membantu mereka, dengan sedikit uang ketertiban, mereka tetap bisa berjualan dengan untung lebih banyak dari yang disetorkan padaku."

"Tapi Bapak telah menyalahgunakan wewenang. Bapak makan uang haram, keringat orang. Dosa Pak, dosa!"

Kali ini tiba-tiba muncul isterinya di mata Pak Gino. Isterinya ngomel tak henti-henti, karena Pak Gino memberi makan keluarganya dengan uang tak halal. Uang ketertiban dari para pedagang kakilima yang takut dagangannya diangkut.

"Ini imbalan Bu, bukan uang haram. Aku bekerja Bu."

"Meski sakit, aku tak ingin makan uang haram itu Pak. Silakan Bapak pakai sendiri."

Ah, isterinya kini ikut-ikutan muncul bersama perempuan tua pedagang bubur itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun