Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Surat Tertunda untuk Gubernur

15 Agustus 2019   18:45 Diperbarui: 16 Agustus 2019   23:22 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: pixabay.com/shiftgraphix)

MUNGKIN karena bapakku hanya seorang mantan anggota Hansip kemudian diperlakukan semena-mena oleh Pak Kades. Padahal bapakku cuma ingin melebarkan jalan di tanah sendiri. Tapi sudah belasan tahun tak kunjung terlaksana. Gara-gara terhalang sebatang tiang listrik yang ditanam pas di samping rumah, di sebelah teras.

"Menulis surat untuk siapa, Pak?"

Aku coba beranikan diri saat suatu sore bapak sedang menulis surat di meja depan. Berpuluh tahun aku tak melihat bapak seserius ini menulis surat. Bahkan jarang sekali menulis saat di rumah. Bapak hanya asyik merawat tanaman di sekitar rumah. Rumah tempat anak-anaknya -termasuk aku- dibesarkan.

"Bapakmu ini meskipun hanya lulusan SR namun tidak pernah melakukan hal yang merugikan desa, apalagi negara. Cuma minta tolong Pak Kades untuk menguruskan ke perusahaan listrik agar memindah togor kok sulit sekali."

Bapak menjawab dengan nada kesal. Mungkin karena bapak sudah lama lapor ke Pak Kades, namun belum terealisasi.

 "Sudah lima kali. Tapi tetap saja nihil. Bahkan sepertinya Pak Kades enggan menanggapi laporan bapakmu yang pensiunan Hansip ini."

Bapak melipat surat dan memasukkannya ke dalam amplop. Dituliskannya tujuan surat di sisi depan amplop, 'Kepada Yth. Bapak Gubernur ...' dan dibawanya ke dalam kamar.

Dahulu petugas listrik memasang pengait kabel di gunungan atap rumah bapak. Lama-kelamaan gunungan itu patah dan akibatnya atap rumah bapak rawan runtuh. Akhirnya petugas mengganti dengan tiang listrik yang ditanam. Syaratnya para pelanggan iuran untuk membeli sebatang tiang sebagai pengait kabel utama. Bapakku sempat menjual beberapa ekor ayam untuk ikut iuran.

***

Seminggu berlalu ayah jatuh sakit. Kami-anak-anaknya- berupaya membawa ke rumah sakit. Sempat beberapa hari opname. Meski belum sehat benar, bapak kami bawa pulang. Sampai di rumah bapak menanyakan surat yang ditulisnya.

"Mau dikirim sekarang Pak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun