Pemecahan Kementerian Pendidikan di kabinet Prabowo Subianto menghadirkan perubahan besar dalam tata kelola pendidikan di Indonesia. Langkah ini tentu menuai berbagai reaksi, namun secara umum memberikan harapan baru bagi sistem pendidikan yang lebih fokus dan terarah.
Kementerian Pendidikan yang sebelumnya dipegang oleh Nadiem Makarim kini dibagi menjadi tiga, yakni Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, serta Kementerian Kebudayaan. Pemecahan ini tentu memiliki implikasi besar, baik dalam hal kebijakan maupun pelaksanaannya di lapangan.
Penunjukan Prof. Abdul Mu'ti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan angin segar bagi sektor yang menjadi fondasi sistem pendidikan.Â
Pendidikan dasar dan menengah selama ini menjadi pondasi awal dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi juga berkarakter.
Tantangan yang dihadapi sektor ini cukup kompleks, mulai dari pemerataan akses pendidikan, kualitas pengajaran, hingga peningkatan kesejahteraan guru.Â
Abdul Mu'ti, dengan latar belakang akademis dan pengalamannya sebagai tokoh di Muhammadiyah, diharapkan mampu mendorong reformasi pendidikan dasar dan menengah yang lebih merata, inklusif, dan berdaya saing.
Fokus pada pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman, penguatan pendidikan karakter, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan dasar dan menengah menjadi harapan besar yang dibebankan pada pundak Abdul Mu'ti.
Pemisahan kementerian ini memberikan ruang yang lebih luas bagi pendidikan tinggi dan teknologi untuk berkembang. Di bawah kepemimpinan Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, sektor pendidikan tinggi diharapkan dapat lebih siap menghadapi tantangan globalisasi dan revolusi teknologi.
Satryo, yang memiliki latar belakang kuat di bidang sains dan teknologi, dipandang sebagai figur yang tepat untuk memimpin sektor ini. Pendidikan tinggi selama ini dianggap sebagai ujung tombak dalam mencetak tenaga kerja terampil yang dapat bersaing di pasar global.
Tantangan utama yang dihadapi oleh pendidikan tinggi di Indonesia adalah kesenjangan antara kualitas pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.Â