Mohon tunggu...
Narindra Cahya Kumala
Narindra Cahya Kumala Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

Manajemen 2017

Selanjutnya

Tutup

Financial

Literasi Keuangan di Era Digital sebagai Upaya untuk Menyukseskan SDG 2030

30 November 2019   18:10 Diperbarui: 30 November 2019   18:18 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.national.biz

Empat tahun yang lalu pada bulan september, para pemimpin dunia secara resmi mengesahkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) sebagai kesepakatan pembangunan global yang bertempat di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Kurang lebih 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla turut mengesahkan Agenda SDGs yang bertema "Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan", SDGs yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi seluruh negara (universal), sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk mencapai Tujuan dan Target SDGs.

Terdapat 17 tujuan dari Sustainable Development Goals atau SDGs yang merupakan tujuan dari agenda pembangunan sebelumnya, yaitu tujuan dari pembangunan milenium atau Millenium Development Goals atau sering kenal dengan singkatan MDGs.

SDGs lebih mengarah ke universal dengan sasaran --sasaran pembangunannya berlaku untuk semua Negara tertinggal atau berkembang (contohnya Negara Indonesia), dan negara-negara maju beserta dengan warga negaranya dan SDGs lebih menekankan pada inkulasi dan menutup kesenjangan untuk menjamin tidak ada yang tertinggal di dalam proses perjalanan pembangunan berkelanjutan. SDGs dirumuskan berdasarkan dari prinsip-prinsip HAM atau Hak Asasi Manusia,inklusivitas dan antidiskriminal.

SDGs tidak hanya berfokus pada memenuhi kebutuhan masa sekarang tetapi juga memikirkan atau memperhatikan kebutuhan di masa depan atau dimasa yang akan datang atau yang sering disebut berkelanjutan,SDGs sangat memastikan bahwa semua manusia di muka bumi ini dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dengan adanya membawa kemajaun ekonomi, sosial dan teknologi.

Pada SDGs mempunyai 17 tujuan yang harus dicapai dan 232 indikator yang dapat membantu memperlancar dalam mensukseskan hal-hal apa saja yang ingin dicapai oleh SDGs ini berdasarkan revisi terakhir dari UNStats pada Maret 2017.

Sedangkan MDGs hanya mempunyai 8 tujuan yang mau dicapai dan memiliki 60 indikator sehingga hal ini menunjukkan adanya berbeda antara keduanya otomatis SDGs lebih banyak memberikan perubahan positif yang begitu besar terhadap dunia dibandingkan dengan MDGs.

Diantara 17 tujuan SDGs ada beberapa tujuan yang tak berubah dari tujuan MDGs sebelumnya sehingga hal ini merupakan bentuk peningkatan pada satu faktor. Salah satunya yaitu tujuan ke 01 yaitu menghapus kemiskinan, yang berisi tentang Mengakhiri kemiskinan di manapun dalam segala bentuk dan memiliki 5 target diantaranya :

  1. Menghapus kemiskinan ekstrim (penduduk di bawah garis kemiskinan) dengan dengan daya beli kurang dari $1,25 PPP (Purchasing Power Parity) atau sekitar Rp 7.800 per hari.
  2. Mengurangi setidaknya separuh dari jumlah penduduk miskin (laki-laki, perempuan dan anak dari segala usia) berdasarkan definisi nasional.
  3. Di tingkat nasional mengimplementasikan sistem dan ukuran perlindungan sosial yang tepat bagi semua level masyarakat. Tahun 2030 berhasil memberikan perlindungan yang substansial bagi kelompok miskin dan rentan.
  4. Memastikan semua penduduk, terutama penduduk miskin dan rentan mendapat hak setara mengakses sumber ekonomi (seperti halnya hak layanan dasar), kepemilikan dan akses pada lahan. Memastikan mereka memperoleh akses teknologi.
  5. Membangun yang dibutuhkan dan layanan keuangan termasuk keuangan mikro.daya tahan dan kesiapan masyarakat miskin dan kelompok rentan menghadapi perubahan iklim, krisis lingkungan, ekonomi, sosial, dan bencana.

Nah, sebagai salah satu upaya untuk menghapus kemiskinan adalah dengan Literasi keuangan, sebagaimana didefinisikan oleh Jumpstart yang dinyatakan dalam artikel Hastings, adalah "kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola sumber daya keuangan seseorang secara efektif untuk keamanan finansial seumur hidup." Jadi literasi keuangan ini berkutik mengenai penganggaran, perencanaan, pengelolaan, pengeluaran, tabungan, dan investasi uang. Ini berarti bahwa melek finansial adalah salah satu keterampilan penting seumur hidup yang harus dimiliki setiap orang, tidak peduli apa latar belakang pendidikan atau huniannya.

Berdasarkan pengamatan saya , tingkat melek finansial di lingkungan saya , yang merupakan mahasiswa, tidak setinggi itu. Penelitian yang dilakukan oleh ThomasP. (2016) mengungkapkan lebih dari setengah dari peserta, yang merupakan UNNES mahasiswa jurusan ekonomi , memiliki melek finansial tidak mencukupi. Hal yang sama juga berlaku untuk teman-teman kuliah saya, yang berasal dari berbagai fakultas. Kebanyakan dari mereka masih bertanya-tanya apa itu investasi, bagaimana cara menyimpan uang dan bagaimana cara tidak kehabisan dana pada saat akhir bulan dan masih banyak pertanyaan lain yang disampaikan.

Di kasus lain ada juga banyak orang yang tertipu penipuan investasi dan kehilangan uang mereka dalam sekejap mata. Dengan demikian, ini adalah keinginan untuk menyadarkan semua orang . Tapi kenapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun