Mohon tunggu...
Radian A
Radian A Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Belajar jadi manusia

Karena "bio harus diisi" maka ingin ku ceritakan tentangku kepadamu, namun nanti ... saat kita bersua di dalam kedai, bertemankan bergelas-gelas kopi. Akan ku isi bio-ku di hatimu, tanpa terkecuali, jujur dan apa-adanya. :p

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Renjana

3 Maret 2020   05:11 Diperbarui: 3 Maret 2020   05:11 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar : pixabay.com)

Renjana namamu bergairah,
Tak lemah jua pasrah,
Enggan mengaduh pada peluh,
Pada takdir yang terus gemuruh.

Pagi merayap datang menenteng fajar,
Diri tersingkap pekat malam madar,
Tercoreng wajah langit terpendar,
Membuka kuncup asa engkau sang mawar.

Renjana ... engkau embun pagi di ujung ilalang,
Perlahan datang perlahan menghilang,
Lemah tergoda cintaku nan bimbang,
Dibakar angan sirna menghilang.

Walaupun engkau bidadari yang terluka,
Laksana Dyah Harini yang mashyur di swargaloka,
Menanggung duka dikutuk sang pertapa,
karma cinta mati karena sumansataka.

Renjana teruslah terjaga dari fajar hingga kelak senja,
Menapaki takdir dari sang Maha Kuasa,
Tetaplah sabar dan selalu ikhlas tanpa cela,
Lupakanlah diriku yang telah membuatmu terluka.

3 Maret,
Happy Failed Anniversary

Catatan:
*) Dyah Harini tokoh dalam Kakawin Sumansataka karya Mpu Monaguna abad ke 13.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun