Mohon tunggu...
Radian A
Radian A Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Belajar jadi manusia

Karena "bio harus diisi" maka ingin ku ceritakan tentangku kepadamu, namun nanti ... saat kita bersua di dalam kedai, bertemankan bergelas-gelas kopi. Akan ku isi bio-ku di hatimu, tanpa terkecuali, jujur dan apa-adanya. :p

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Ikatan Keluarga Menjadi Sebuah Beban Karena Orangtua Dianggap Tidak Adil

11 Februari 2020   06:39 Diperbarui: 11 Februari 2020   06:36 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pixabay.com

Semalam hujan tidak turun di kaki Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar. Namun karena kondisi badan yang masih kurang sehat, saya dan seorang sahabat memilih keluar rumah dan menuju sebuah hik (angkringan) yang menjual wedang jahe bakar plus gula aren di ujung jalan kampung. Ditemani deru motor yang sesekali memecah kesunyian, obrolan pun mengalir bersama kehangatannya.

Kecemburuan di dalam hubungan antar anak disebabkan oleh perilaku orang tua yang dianggap "tidak adil" ternyata berimbas besar terhadap kematangan emosional anak-anaknya. Seperti kasus yang dialami oleh sahabat saya ini. 

Dilahirkan sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Dia merasa telah diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya semenjak kecil. Sundulan adhine --- istilahnya orang Jawa, menyebut kondisinya yang masih belum genap usianya satu tahun sudah kembali memiliki adik. 

Keadaan tersebut membuat dia merasa belum cukup kasih sayang dan perhatian orang tuanya namun perhatian orang tuanya sudah beralih ke si adiknya. 

Seiring usia, dendam tersebut masih terbawa hingga dewasa seperti sekarang ini mengingat orang tuanya lebih memperhatikan si adik yang merupakan anak bungsu sampai saat ini. Dan orang tuanya tidak menyadari kondisi psikologis si sahabat saya ini.

Kondisi sahabat saya ini mengingatkan pada salah seorang teman yang lain. Tepatnya 5 tahun lalu, ketika saya masih menjadi salah satu pengurus group komunitas kepenulisan Wattpad di aplikasi Line. Mayoritas anggota group itu adalah perempuan usia sekolah SMP dan SMA dari seluruh Indonesia.

Dan salah seorang anggota grup pernah bertanya kepada saya, "Kak, bisa nggak sih, aku (perempuan kelas 2 SMP) bisa hidup di luar sana tanpa uang dari orang tua?"

Sumber gambar pixabay.com
Sumber gambar pixabay.com
Pertanyaan tersebut jelas merupakan gambaran akibat tekanan mental kondisi ekstrim yang dialami oleh teman saya tersebut, sehingga dia mencoba keluar dari lingkungan itu. Dan setelah saya ajak bicara lebih jauh, ternyata dia berasal dari keluarga yang memiliki finansial yang stabil dan lebih dari berkecukupan, namun sikap orang tuanya yang selalu lebih membanggakan kakak laki-lakinya, menyebabkan dia tertekan. 

Meskipun orang tuanya tidak pernah memperlakukan buruk, namun dia merasa tidak ada sentuhan kasih sayang selain dalam bentuk uang dan fasilitas. Dan parahnya, orang tuanya tidak menyadari kondisi tersebut.

Saya bukan ahli psikologi ataupun konselor. Maka dengan menjadi pendengar yang baik untuk mereka, dan mengajak teman-teman saya tersebut untuk melihat melalui sudut pandang yang lain atas kondisinya. 

Lalu, menyarankan untuk berbicara dengan orang tuanya dari hati ke hati penuh kelembutan. Setidaknya saya berharap teman-teman saya tersebut tidak balik membalas dendam ketika nanti orang tuanya telah beranjak tua dan bersandar kebutuhan hidup kepadanya.

Saran saya kepada orang tua, untuk sebaiknya memperhatikan anak Anda dengan kasih sayang yang adil. Tidak membeda-bedakan anak karena Anda tidak tau di masa depan anak Anda yang mana yang akan sukses dan menyayangi Anda. 

Luangkan sedikit waktu Anda untuk mendengarkan curahan hati anak Anda, jangan sampai anak Anda lebih menyimpan luka yang dibawa hingga dewasa dan kelak luka itu akan dikembalikan ke Anda dimasa tua Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun