Mohon tunggu...
Ganesya hartikawati
Ganesya hartikawati Mohon Tunggu... -

Guru Biologi SMAN 5 Palembang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lestari Lingkungan Melalui Biopori

13 Maret 2015   13:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:43 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Musim tidak lagi dapat diprediksi secara tepat akan dimulai dan kapan berakhir. Pelajaran yang diterima siswa mengenai waktu musim penghujan dan musim kemarau perlu ditelaah ulang. Ketidaksesuaian musim ini menjadi masalah karena mengganggu ritme kehidupan manusia itu sendiri.

Perubahan cuaca sekarang ini cukup ekstrim dan menyebakan semakin sulitnya adaptasi tubuh terhadap cuaca, sehingga rawan sakit. Panas terik pada satu pagi, dapat berubah dan turun drastis karena hujan yang turun tiba-tiba. Hal ini dapat mengganggu aktivitas kita sehari-hari, terutama bagi siswa.

Fenomena lain akibat perubahan cuaca yang ekstrim adalah banjir. Reliefweb.int mencatat banjir merupakan bencana nomor satu yang paling sering terjadi di Indonesia. Curah hujan yang tinggi menyebabkan air hujan tidak mampu lagi tertampung secara optimal. Sungai-sungai yang mulai mendangkal dan lahan resapan yang sudah dibangun menjadi perumahan telah mengurangi area tampung air hujan. Kelebihan air ini yang akhirnya meluap hingga menyebabkan banjir.

Tidak hanya pemerintah yang bertanggungjawab terhadap penyebab dan dampak dari banjir ini, tetapi semua elemen masyarakat pun harus ikut bertanggungjawab, termasuk sekolah. Sekolah sebagai sarana pendidikan yang memberikan bekal sikap positif kepada siswanya sudah sepatutnya mengambil bagian dari tindakan menanggulangi banjir sesuai dengan peran dan fungsinya.

Semuanya bisa dimulai dari diri sendiri

Semuanya bisa dimulai dari diri sendiri. Slogan itu yang selayaknya dijadikan pedoman dalam keikutsertaan menjaga lingkungan. Memulai dari diri sendiri berarti segala upaya dimulai dari semua komponen sekolah, baik siswa maupun guru.

Kegiatan yang dapat dilakukan oleh sekolah salah satunya adalah membangun sistem peresapan air di lingkungan sekolah, yaitu dengan lubang resapan biopori atau lubang biopori.

Lubang biopori adalah alternatif cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Lubang biopori biasanya berupa lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah. Lubang ini akan memicu munculnya biopori secara alami di dalam tanah seperti halnya lubang biopori alami yang terbentuk akibat aktivitas organisme di dalam tanah, seperti cacing, rayap, semut atau akar tanaman.

Prinsip kerja lubang biopori ini cukup sederhana, sehingga bisa menjadi alternatif metode pembelajaran luar kelas yang menarik minat siswa.

Pembuatan lubang biopori secara mudah

Pembuatan lubang dapat dikerjakan bersama siswa, yaitu dengan membuat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman kurang lebih 100 cm . Buat banyak lubang dengan jarak antar lobang antara 50-100 cm. Kemudian isi lubang dengan sampang organik yang ada di lingkungan sekolah. Agar lebih menarik lagi, beri nama lubang sesuai kelompok siswa yang bertugas menjaganya.

Selain belajar mengenai peresapan air, siswa juga akan belajar kehidupan organisme dalam tanah melalui kegiatan ini. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang dapat juga menjadi bahan ajar mengenai kompos.

Selain bermanfaat untuk membantu program besar menanggulangi banjir, melalui kegiatan ini guru dapat memiliki alternatif pembelajaran luar kelas yang menyenangkan dan tentunya bermanfaat.


Lingkungan yang lestari adalah tempat tinggal yang sempurna bagi optimalisasi tumbuh kembang siswa.


Apa yang telah diajarkan di sekolah, apabila diterapkan kembali di rumah masing-masing siswa akan menjadi modal awal yang sangat baik bagi pelestarian lingkungan. Lingkungan yang lestari adalah tempat tinggal yang sempurna bagi optimalisasi tumbuh kembang siswa.

Wujudkan lingkungan yang lestari dari lingkungan yang paling dekat dengan diri kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun