Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

”Harga” Kursi DPR RI Dapil Madura

16 Oktober 2013   20:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:27 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BERDASARKAN Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pemilihan Anggota DPR RI, Jawa Timur (Jatim) dibagi menjadi 11 daerah pemilihan (dapil). Dapil ke-11 itu adalah empat kabupaten di Madura.

Jatah untuk dapil Madura ini 8 kursi. Untuk bisa duduk di salah satu kursi itu, partai atau calon legislatif (caleg) harus berebut suara. Saat ini, belum pasti betul jumlah suara yang harus didapatkan seorang caleg supaya jadi wakil rakyat. Sebab, daftar pemilih tetap (DPT) belum ditetapkan.

Sementara ini, ada prediksi jumlah DPT Madura keseluruhan tak kurang dari 2,4 juta. Tapi, hasil Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) Agustus 2013 lalu menunjukkan kehadiran pemilih tak sampai 100 persen. Di setiap kabupaten rata-rata kehadiran hanya 60 persen saja.

Misalnya, DPT Madura memang 2,4 juta, maka untuk bisa dapat satu kursi di DPR RI, seorang caleg harus mengantongi dukungan 300 ribu suara. Kalau hanya 60 persen (dari jumlah DPT) yang menggunakan hak pilihnya, satu kursi ”seharga” 180 ribu suara. Kalau 40 persen yang mencoblos, berarti 1 kursi ”seharga” 120 ribu suara.

Rumus untuk menentukan jumlah suara yang harus diperoleh itu begini: jumlah DPT dikalikan persentase kehadiran pemilih, lalu dibagi 8 (kursi). Silakan coba hitung sendiri.

Kenapa kita harus bisa berhitung ”harga” kursi di DPR RI? Supaya kita tidak terlalu acuh pada pemilihan wakil rakyat untuk Madura.

Karena makin banyak yang menggunakan hak pilihnya, semakin sulit jadi anggota DPR RI. Sebab, semakin banyak suara yang harus dikumpulkan,semakin berat tanggung jawab karena yang memilihnya juga banyak. Itu kalau wakil rakyat terpilih mau bertanggung jawab dan memperjuangkan rakyat yang membelanya dengan mencoblos gambar wajah dan partainya.

Sebaliknya, kalau banyak yang golput, makin gampang jadi DPR RI. Soalnya, semakin sedikit yang memakai hak pilihnya, semakin sedikit juga dukungan yang harus diraih. Berarti, semakin enteng beban wakil terpilih. Beban yang sedikit bisa terlupakan. Bahaya banget kalau wakil rakyat sampai lupa bertanggung jawab pada rakyat yang diwakilinya.

Nah, sekarang kenali nama-nama berikut ini. Achmad Rubaei dari Partai Amanat Nasional (PAN), Muh. Unais Ali Hisyam dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Mochammad Mahfudh dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Soepriyatno dari Partai Gerindra, MH. Said Abdullah dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Abdul Azis Suseno dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nuki Sutarno dan Achsanul Qosasi dari Partai Demokrat (PD).

Nama-nama itu adalah wakil rakyat Madura di DPR RI periode 2009-2014. Mereka berkantor di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta. Gedung yang setiap hari kita lihat di televisi. Ayo ingat- ingat lagi kiprah mereka untuk Madura.

Kalau periode 2009-2014 Senayan diwarnai tujuh partai dari Madura (PAN, PPP, Gerindra, PDIP, PKB, PKS, PD), periode selanjutnya bisa beda komposisinya. Prediksi saya, hanya akan ada 5 partai dari Madura untuk DPR RI. Ada 2 orang dari PKB, 2 orang dari Gerindra, 1 orang dari PDIP, 1 orang dari PD, dan 2 orang dariPPP. Siapa saja nama yang akan jadi, saya simpan sendiri saja.

Saya bukan ahli politik -apalagi dukun- sehingga bisa meramal kepastian. Dasar prediksi saya adalah perkembangan politik di Madura, nama-nama caleg dan kekuatan di belakang layar para caleg itu.

Ingat, Madura pasti punya wakil di DPR RI, tak peduli banyak atau sedikit yang memilih. Semisal tak ada yang memilih pun, mungkin tetap akan ada juga wakil kita di Senayan sana. Nah, kalau mereka tidak dipilih rakyat, berbaktinya ya bukan pada rakyat dong. (*)

”Harga”

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun