Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengubah Bank Sampah Menjadi Lembaga Sosial Budaya

1 April 2022   18:20 Diperbarui: 3 April 2022   22:30 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bank sampah saat ini pada umumnya tidak berkembang sehingga tak signifikan mengurangi sampah ke TPA. (Dokumentasi pribadi)

Dalam setiap kegiatan yang melibatkan para pengelola bank sampah (BS), selalu terkemuka dua pendapat yang berbeda tentang kelembagaan tersebut. Sebagian menganggap bank sampah sebagai lembaga sosial, dan sebagian lainnya menganggap bank sampah adalah lembaga bisnis.

Ditelusuri lebih detil, pengelola bank sampah yang menyatakan bank sampah lembaga sosial adalah mereka yang bank sampah-nya mati enggan, tapi hidup juga enggan. Bank sampah ini tetap jual-beli sampah, tapi untungnya kecil karena kuantitas barang daur ulangnya minim atau kerap rugi karena fluktuasi harga beli off taker (pengepul sampah).

Ada juga yang menyatakan bank sampah lembaga sosial supaya bisa mendapatkan bantuan. Meskipun mereka tahu itu sulit didapat karena nyata dan jelas ada aktivitas jual-beli di bank sampah-nya. Jika tak betul-betul dekat dengan pejabat pemerintah atau bagian CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan, jangan mimpi bisa dapat bantuan.

Sebaliknya. Mereka yang menyatakan bank sampah sebagai lembaga bisnis, bisa dipastikan adalah pengurus/pengelola bank sampah yang "sehat". Yaitu, bank sampah yang lancar jual-beli sampahnya. Di antaranya juga lancar dapat bantuan dari pemerintah atau dari CSR perusahaan. Nyaris tidak ada bank sampah yang "sehat" tanpa bantuan semacam itu.

Kubu ini berkeyakinan bahwa bank sampah memang seharusnya dilabeli lembaga bisnis meski tetap harus dibantu secara sosial agar tetap hidup. Karena bank sampah tidak bisa mengakses permodalan usaha, meski ada aktivitas bisnis di dalamnya. 

Mengapa bank sampah tidak bisa mengakses (meminjam) modal usaha? 

Mereka nyeletuk: "Mungkin pemodal takut modal yang dipinjamkannya tidak kembali dan untung, sebab bank sampah menganggap modal itu bantuan sosial yang tidak perlu dikembalikan." Celetukan yang selalu mengundang tawa seluruh pengelola bank sampah yang hadir.

Mengapa bank sampah sulit mendapat bantuan dari pemerintah dan perusahaan? 

Ada yang nyeletuk lagi: "Mungkin karena bank sampah jelas-jelas berbisnis, jadi nggak dikasih bantuan. Orang bisnis kan butuh modal, bukan bantuan."

Dalam satu ruangan atau forum, dua pendapat mengenai bank sampah itu lumrah terjadi. Perbedaan pendapat sesama penggerak bank sampah juga sudah biasa terjadi. Ada yang menyatakan bank sampah harus dibantu pemerintah, ada juga yang menyatakan bank sampah harus mandiri. Ada bank sampah yang ikut pemerintah, ada juga bank sampah yang seolah-olah antipemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun