Di ranah daur ulang, siapakah ujung tombak sebenarnya?Â
Selama ini ada silang pendapat jawaban dari pertanyaan itu. Satu pendapat menyatakan bahwa pemulunglah ujung tombak dalam proses daur ulang. Sementara pendapat lain menyatakan masyarakatlah ujung tombak daur ulang.Â
Mana yang benar?
Semua benar dilihat dari sudut pandang masing-masing. Di mana pemulung akan menjadi ujung tombak daur ulang jika masyarakat tidak melakukan pengelolaan sampah di rumahnya.Â
Tanpa pengelolaan sampah di rumah, sampah rumah tangga akan tercampur organik dan anorganik. Sampah itu kemudian dibawa ke satu tempat, biasanya dalam kondisi terbungkus rapi dengan kantong plastik atau trash bag.
Ada beda perilaku pemulung di satu tempat dengan tempat lainnya. Ada pemulung yang memilih standby di titik pengumpulan tempat penampungan sampah sementara (TPS). Dan ada juga yang beroperasi di tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah. Di beberapa daerah juga ada pemulung yang berkeliling.Â
Namun di gang-gang pemukiman atau perumahan sekarang sudah banyak ditulis "Pemulung Dilarang Masuk!". Dikarenakan para pemulung suka membongkar sampah yang sudah dibungkus rapi oleh warga. Di sisi lain di pemukiman itu sudah ada kegiatan bank sampah atau sampah bernilai ekonomi sudah jadi jatah petugas sampah di lingkungan itu.
Karena pemulung bergerak sudah banyak dihadang "Pemulung Dilarang Masuk!", maka mereka kemudian banyak standby di TPS atau TPA. Bisa ditandai, di mana banyak pemulung di TPS maka di TPA akan relatif sedikit pemulung.Â
Sebaliknya, jika di TPS sedikit atau tidak ada pemulung, maka dipastikan mereka berkumpul dan beroperasi di TPA. Ada juga daerah yang hanya sedikit atau sama sekali tidak ada pemulungnya baik di TPS maupun TPA.
Sejarah Pemulung di Perkotaan