Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Saya Mendengar Suara Al Quran dan Adzan

5 Desember 2021   08:53 Diperbarui: 5 Desember 2021   09:30 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid di Kabupaten Gresik. (Dok. Pribadi)

Waktu itu Allah bisa saja menghilangkan pendengaran saya, tuli. Tapi Maha Penyayang dan Maha Lembut itu tidak melakukannya.

Sekitar tahun 2010-2011, saat saya bekerja sebagai jurnalis di Radar Madura (Jawa Pos Grup) di Kabupaten Sampang Madura. Kantor saya tepat bersebelahan dengan masjid. Masjid ini akan menyetel bacaan Alquran sekitar 30 menit sebelum adzan dengan pengeras suara. Lalu adzan, suaranya lebih kencang lagi.

Jelang Ashar adalah waktu saya mulai menulis berita. Dan kalau masjid mulai menyetel pengeras suara, hancur semua konsentrasi saya. Itulah masa saya begitu membenci suara Alquran dan adzan. Saya memaki-makinya dari dalam kantor. Saya mencoba bertahan  terus menulis berita, tapi tidak bisa.

Saya marah pada suara masjid itu. Mengganggu, bikin stres, membuat pekerjaan tidak bisa cepat selesai.

Setelah adzan Ashar tuntas, ketika sedang asyik-asyiknya menulis berita yang sebentar lagi deadline: pengeras suara masjid dipasang lagi. Bacaan Alquran menjelang Magrib disetel. Saya marah lagi, memaki-maki lagi, dan terpaksa berhenti menulis berita.

Saya lupa, entah berapa lama saya merasakan marah dan benci suara masjid itu. Sampai akhirnya saya mencoba berdamai. Jika masjid menyetel bacaan Alquran hingga adzan, saya berhenti saja menulis. Saya tidak peduli pada deadline berita.

Saya makin tidak peduli pada deadline berita ketika tidak hanya berhenti menulis, tapi saya datangi masjid saat bacaan Alquran mulai disetel. Kalau redaksi tanya kenapa terlambat deadline, saya jawab: sholat.

Alhamdulillah, tidak ada yang protes atas keterlambatan deadline lagi. Justru saya lebih tenang menulis ketika berhenti saat bacaan Alquran disetel, dan mulai menulis lagi  setelah sholat berjamaah di masjid itu. Hingga akhirnya saya mendapat rezeki untuk bekerja di tempat lain. 

Jika saya ke Sampang, selalu saya kunjungi Masjid di Ju'lanteng itu.

Insya Allah, muslim yang sedang membenci kerasnya suara adzan dan bacaan Alquran yang disetel di masjid-masjid dengan pengeras suara itu sedang dikuasai setan dan iblis. Bersamaan dengan itu mungkin akan turun hidayah. Kuatkan lah diri dan iman untuk melawan setan dan iblis dalam diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun