Mohon tunggu...
Naqoy The7Awareness
Naqoy The7Awareness Mohon Tunggu... Penulis - Trainer & Konsultan Leadership SDM di BUMN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis buku laris The7awareness, Pemecah rekor MURI 2009, Master Trainer dan Sang Penutur Kesadaran indonesia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Desa Kalibuntu Losari Brebes Jawa Tengah, Tempat Mudik Terbaik Bagiku

26 April 2023   08:56 Diperbarui: 26 April 2023   09:06 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Kalibuntu Dukuh Karang Tengah Blok Pengasinan Kecamatan Losarti Kab Brebes Provinsi Jawa Tengah adalah Desa Kalahiranku yang sangat menginspirasi, tidak banyak yang berubah dari segi bangunan dan fasilitas umum, tapi yang berubah adalah manusianya, ada banyak orang yang dulunya masih sehat sekarang sakit dan menua bahkan meninggal, ada banyak anak-anak dulunya sekarang bekerja di Kota bahkan ke Luar negeri. Bagi saya sendiri setiap memasuki Desa Kalibuntu serentak pikiran memberikan gambaran yang jelas tentang masa-masa bahagia sejak kecil bersama keluarga terutama orang tua. Saya ingin kenalkan masa-masa kecil bahagiaku kepada teman semuanya. 

1. Mandi di Sungai , di kampung tidak ada fasilitas Kolam Renang yang dibuat oleh orang kaya untuk masyarakat, hanya saja Allah SWT memberikan fasilitas gratis yang siapapun bisa menggunakanya dengan catatan memiliki ilmunya, diantaranya adalah sungai. Bagiku dan kawan-kawan SD ketika Sungai sedang meluap justru daya tarik untuk turun adalah hal yang tidak bisa dibendung, ketika pulang sekolah ternyata hujan lebat maka kami langsung main mata, setelah sekolah janjian di pinggir sungai yang disepakati. Aku sendiri memiliki 4 teman yang biasa mandi berenang. Kebahagiaan waktu itu adalah ketika mandi di sungai dan lomba melawan arus yang deras persis ketika sungai meluap. Kami sejak kecil tidak pernah belajar bagaimana cara berenang namun berteman dengan sungai adalah cara tercepat anak anak kampung bisa berenang, hal yang sering kita lakukan adalah gerakan salto dari dahan pohon balsiah dipinggir suangai, bahkan seringkali kami berjalan jauh ke depan selama 1 jam lalu memotong pohon pisang dan dibuat rakit lalu mengikuti alur air mengalir sampai di desa kami . 

2. Mencari burung ketika turun hujan , di kampung waktu itu ketika hujan turun adalah waktunya anak-anak bermain, ada yang hanya bermain di halaman rumah , ada juga yang seperti diriku yang bermain hujan dengan mencari burung kehujanan di sawah. Benar juga ketika hujan burung akan sulit terbang disanalah kami menangkapnya, setelah mendapat satu atau 2 burung kehujanan kami membuat bakaran yang menarik ketika hujan berhenti dan memakan bersama burung hasil tangkapan bersama tersebut. Dari kaos yang basah kuyup menjadi kering dibadan karena lamanya kami bermain. 

3. Berburu tikus di sawah petani, ini mungkin adalah hal baru bagi banyak orang namun bagiku setiap baru penen padi dan sawah kosong dari padi maka dilakukan berburu tikus bersama, sekitar 30 anak-anak dan 20 orang tua membawa berbagai macam alat-alat yang bisa membuat para tikus mati, saya sendiri membawa golok kecil untuk menangkap tikus, setelah dilakukan selama berjam-jam akhirnya terkumpul sekarung tikus yang sudah terbunuh lalu dimakamkan ditanah dengan tenang. Bagi petani hambatan di Sawah salah satunya adalah rakusnya tikus sawah yang membuat hasil panen bahkan bisa berkurang 50 %. 

4. Main perang-perangan di Kebon Tebu, Masa anak  adalah  waktu untuk bermain, maka setelah pulang sekolah waktu yang dihabiskan adalah berperang, menggunakan baju perang yang terbuat dari daun dan membuat pistol dari bambu serta membuat tim terbagi dua untuk menjadi kawan dan lawan, jauh sebelum ada istilah "Paint Ball", justru anak-anak kampung sudah terbiasa dengan pakaian apa adanya. Pohon tebu berada di belakang rumahku yang hampir berhektar-hekter disewa oleh pihak perusahaan tebu di kampung kami. 

5. Nonton Bioskop sama Bapak,  hiburan waktu aku kecil ada 2 biasanya adalah ketika ada Layar Tancap atau kedua nonton di Bioskop di Kecamatan Losari, aku sendiri adalah anak laki-laki yang sangat dinantikan oleh kedua orang tuaku, setelah kematian kedua kakak poerempuanku bernama Roisah dan Ronenti tepat 12 tahun sebelum aku dilahirkan, masa-masa sedih tidak dilepaskan dari wajah emak dan bapak, akhirnya lahirlah bayi laki-laki yang dinantikan, karena agar tidak mengalami sakit seperti kedua kakaknya maka ada tradisi di kampung dulu yaitu bayi kecil ini harus dikasih ke orang lain, datanglah Yi Sadiyah yaitu Guru Ngaji yang rajin puasa dan mendoakan bahwa kelak anak ini akan sangat sukses. 

6. Menginap di sawah, sebagai anak laki-laki paling tua maka salah satu tugas adalah menemani Ayah, hal inilah yang sudah dilakukan oleh diriku ketika kelas 6 SD yaitu tidur disawah ketika Panen Kedelai, ayah sepertinya menyadari bahwa sebagai anak laki-laki harus melawan rasa takutnya, terkadang  ketika pukul 02.00 pagi ayah sengaja meninggalkanku sendiri digubug sambil mengaliri air dari sungai ke sawah, bagiku ayah adalah petani yang bersungguh-sungguh dalam bekerja walau terkadang hasil panenya mengecewakan dirinya. Kalau bagian menginap di sawah banyak dari teman-teman yang tidak berani karena sunyinya tengah malam di sawah, namun bagiku dan ayahku minimal dalam 1 tahun ada 2 kali waktunya aku bermalam di tengah gelapnya malam. ternyata tidur dengan atap langit adalah hal yang sangat terbaik, bintang-bintang seolah-olah menjadi lampu yang sangat terang benderang. 

7. Menginap di rumah pohon, hal ini aku lakukan dengan teman temanku yaitu membuat rumah pohon di dekat sawah dan menjadi tempat favorit untuk ngobrol dan bahkan menginap, walau tidak sering namun menginap bersama teman teman di rumah pohpon buatan sendiri adalah bagian terindah dalam hidup ini. 

8. Tidur di Mushola, tidur dirumah atau di mushola tentu jawabanya adalah mushola, inilah yang sering aku lakukan, jam 9 malam sudah membawa sarung untuk menjadi selimut ketika nyamuk dan dingin datang tengah malam,  yang menariknya adalah walau tidur di mushola tapi ketika subuh justru dibangunkan oleh pengurus mushola, anak-anak memang waktu yang indah, waktunya bercanda selamanya. 

Lebaran kemarin ketika pulang kampung (1444H), alhamdulillah bisa memiliki banyak waktu untuk mendoakan Ayah di Pemakanan dan waktu berbincang dan bicara dengan keluarga terutama Emak dan kedua adik laki-lakiku yaitu Hambali dan Halimi, lebaran jadi lebih seru karena banyaknya suara anak-anak yang teriak dan tertawa bersama teman sebayanya. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H, Mhn maaf lahir dan bathin. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun