Mohon tunggu...
Naqoy The7Awareness
Naqoy The7Awareness Mohon Tunggu... Penulis - Trainer & Konsultan Leadership SDM di BUMN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis buku laris The7awareness, Pemecah rekor MURI 2009, Master Trainer dan Sang Penutur Kesadaran indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahagia Tanpa Syarat di Situasi Pandemi

26 Juli 2021   13:28 Diperbarui: 26 Juli 2021   14:04 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahagia tanpa syarat (Unconditional Happiness), mungkin banyak yang bertanya? bagaimana bisa? dalam situasi pandemi kok bisa bahagia?, ini yang menarik dari hal ini, bagaimana menjaga bahagia dalam segala keadaan termasuk di situasi isoman atau bahkan terinfeksi Covid 19. 

Saya sendiri telah melihat beberapa teman yang terkena Covid lalu mempraktikan rahasia ini menjadi sembuh dan sehat kembali seperti sedia kala. Sebenarnya ada pertanyaan yang mendasar dan harus kta jadikan sebagai renungan kita, jika kebahagiaan itu mudah didapatkan?, lalu mengapa banyak orang sulit mendapatkan kebahagiaan tersebut. Ini yang menjadi fokus kita pada hal ini. 

Dalam buku Unconditional Happiness (2020) yang saya tulis persis ketika Covid menyerang negeri ini dijelaskan dengan detail mengapa orang sulit menemukan kebahagiaan, ternyata jawabanya adalah karena manusia semakin modern justru semakin membuat banyak syarat bahagia, semakin membuat banyak syarat semakin bahagia sulit diraih, bagaikan mengejar bayang-bayang sendiri saja. 

Pernahkah dibayangkan mengajar bayangan sendiri, jawabanya adalah tidak akan pernah. Semakin kita berlari secepat mungkin, justru bayangan semakin lebih cepat berlari, hal inilah yang kemudian menjadi penelitian di Naqoy Center tentang krisis manusia modern, semakin tampak sebuah bangsa modern namun sisi lainya semakin rapuh dengan apa yang diciptakanya sendiri. 

Ada yang membuat syarat -syarat seperti ini dalam buku Unconditional Happiness :,

1. Coba saya kaya, pasti bahagia

2. Coba saya suskes, pasti bahagia

3. Coba saya cantik/ ganteng saya bahagia

4. Coba  saya bekerja di perusahaan besar, saya bahagia

5. Coba saya sehat saya bahagia

6. Coba saya sehat, saya bahagia

Dan masih banyak lagi persepsi bahagia yang selama ini "salah" namun terus dibiarkan menjadi "believe system" yang akhirnya membentuk mental. Ketika syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi maka semakin mudah jiwa ini menuju kerapuhan, pada saat jiwa ini rapuh maka akan mudah menemukan jalan buntuk dalam kehidupan ini. 

Dalam pelatihan The7Awareness justu dilatih bagaimana para peserta memiliki perasaan bahagian tanpa syarat walau dalam keadaan sulit dan berat, seperti halnya peserta yang di Coaching 21 days to be Transhuman dengan persoalan memiliki hutang 4 Milyar. Seseorang yang terlilit hutang 4 Milyar tentu saja auranya akan tampak terlihat "aura kasihan", dalam coaching justru dilatih bagaimana memiliki aura yaitu aura kasih" seperti tersenyum, menyapa dan menyemangati diri. 

Awalnya memang berat,karena otak kirinya justru menolak bahkan protes dengan memberikan data dan fakta bahwa memang dirinya layak sakit bahkan merasa dizholimi sehingga keseluruhan hidupnya adalah derita dan derita lagi.  Dengan kesabaran dan konsistensi latihan - latihan The7awareness menyadarkan dirinya kembali akan posisi dan jati dirinya bahwa dirinya memang layak bahagia dan suksesm bahkan yang extrim adalah layak bebas hutang 4 Milyar. Setelah mengikuti panduan The7Awareness selama 1 bulan akhirnya benar-benar bisa melunasi hutangnya berjumlah 4 Milyar.  

Dalam situasi Covid seorang teman yang merupakan pejabat BNN di Pangka Pinang divonis Positif Covid 19, tampak wajahnya pasrah dan stress, terlebih ketika menghubungi keluarga di rumah yang ikut stress memikirkan keadaan suami atau ayah mereka, setelah masuk ke RS yang ditunjuk saya berusaha menghubungi dan mengatakan sebuah kalimat seperti ini bahwa sistem imun adalah hal terpenting yang harus dijaga, dan sistem imun kita semakin kuat pada saat diberikan makanan fisisk dan makanan kebahagiaan, dibuat saja ceria dan menyapa semua orang, karena pertahanan terkuat dan terkahir dari kita adalah hati yang gembira dan tenang. 

Alhamdulillah akhirnya dokter membolehkan pulang setelah 14 hari di RS menjalani berbagai pengobatan, ketika ada teman dan keluarga terkena Covid 19 tetap sampaikan hal penting ini yaitu bahagia tanpa syarat. Berikanlah hadiah Unconditional Happiness untuk mereka yang sakit agar jiwanya tersenyum penuh keyakinan dan optimisme menjalani kehidupan yang berat. Mengambil sebuah Quotes dari Ibnu Sina bahwa "Kegembiraan adalah separu dari obat".  Saya semakin senang, ketika buku Unconditional Happiness menjadi buku pegangan mereka yang sedang berjuang melewati masa kritis Covid 19 ini, karena memang kita layak bahagia seperti doa kita setiap hari"bahagia dunia dan bahagia kelak di akhirat".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun