Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Bandung, Menurut Kacamata Saya

18 Januari 2018   11:37 Diperbarui: 18 Januari 2018   11:47 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Bandung adalah sebuah kota sekaligus menjadi iconnya Jawa Barat. Setiap orang yang tinggal di luar Jawa Barat ketika ingin berlibur di Jawa Barat, kota Bandung lah tujuan utamanya. Beberapa jam yang lalu, kurang lebih 30 jam yang lalu saya baru tiba di stasiun Lempuyangan, dari stasiun Kiaracondong selama 10 jam. Selama 4 hari, saya berkelana mengelilingi kota Bandung bersama teman-teman kuliahan saya. Hal yang selalu saya pikirkan selama perjalanan ke kota Bandung adalah seperti apa sih kultur dan kebiasaan orang-orang sana.

Saya berasal dari daerah Jawa Barat juga, tepatnya di kabupaten Cirebon. Tapi, sudah 5 tahun lebih saya pergi merantau ke daerah Jawa Timur dan sekarang di Yogyakarta. Dengan waktu yang tidak singkat, sekaligus saya pun ketika berkesempatan pulang ke kampung halaman tidak pernah lama , hanya 2 minggu saya menghabiskan waktu di kampung halaman, dan itu pun tidak pernah bermain ke mana-mana, melainkan saya menghabiskan banyak waktu saat pulang itu hanya membantu orang rumah. 

Setahun pun pulang hanya 2 kali. Dengan perbandingan waktu yang tidak singkat, 15 tahun menghabiskan waktu di Jawa Barat, dan 5 tahun menghabiskan waktu di luar Jawa Barat dengan kultur dan kebiasaan orang yang beragam.

Saya sekarang berumur 20 tahun, dan baru pertama kalinya saya pergi ke kota Bandung, kota yang seharusnya saya bisa datangi setiap liburan pada masa kecil lalu. Entah mengapa ketika masih di perjalanan saya sudah merasakan masa-masa pada waktu saya masih kecil. Kota Bandung selalu mendeskripsikan masa kecilku dulu. 

Saya tinggal di daerah pinggiran pantai, walau jaraknya 6-7 kilometer. Namun, dulu saya pernah bermimpi pada masa kecil bahwa esok kelak saya harus memiliki rumah di pinggiran hamparan sawah dengan bukit-bukit yang menjulang. Dengan udara paginya yang sejuk dan aroma-aroma tanaman-tanaman sawah. Dan itu masih saya mimpikan sampai pada hari ini.

Entah mengapa saya memiliki mimpi seperti itu, jelas-jelas saya bertempat tinggal di daerah tidak jauh dari pantai, dan memiliki suhu yang panas. Walau sebenarnya saya pun bertempat tinggal di pinggiran sawah, dan setiap harinya bermain ke sawah dan perkebunan. Desa saya kebetulan mayoritas berbahasa jawa, dan saya benar-benar tidak bisa mengerti dengan bahasa di desa seberang. Desa Dompyong, berada di selatan desa yang saya tinggali, tepatnya di bagian kedua setelah desa kalimekar. 

Jadi urutannya, desa Kalimaro, desa kalimekar, dan kemudian desa Dompyong. Di desa Dompyong, mayoritas masyarakatnya berbahasa sunda. Semakin ke selatan, bahasa yang digunakan adalah bahasa sunda, walau ada 3-4 desa yang masih menggunakan bahasa jawa, dan itu terjadi di daerah kabupaten Cirebon. Maka dari itu, saya sangat menyesal tidak pernah bisa berbicara bahasa sunda, walau dulu SMP pernah sering berbahasa sunda.

Kembali lagi dengan perjalananku di kota Bandung. Sesampainya saya di stasiun Kiaracondon dan keluar dari pintu stasiun, saya pun langsung menghirup udara segarnya. Karena pada waktu itu saya sampai pada pukul 03.00. Di sebelah utara tertampak jelas lampu-lampu dari arah kejauhan membaluti bukit-bukit tinggi. Rasanya saya begitu tidak sabar untuk cepat-cepat keliling kota ini. Akhirnya saya dan teman-teman pulang ke rumah teman untuk istirahat.

Selama di kota Bandung, saya telah mengelilingi tempat-tempat seperti Dago, ke Ranca Upas, Braga, alun-alun bandung, dan Asia Pacifik. Namun, dari semua tempat yang telah dikunjungi, hanya ada satu tempat yang begitu saya sukai, yaitu ciwidey. Dengan hamparan kebun tehnya yang sangat hijau, dan bukit-bukit yang menjulang tinggi. Sebelumnya saya pernah melihat tempat seperti ini di daerah pegunungan lainnya, seperti di Bumijawa, Tegal, atau di kaki gunung seperti merapi.

 Entah mengapa semuanya berbeda dengan tempat yang kemarin saya kunjungi. Rasanya saya benar-benar kembali ke masa kecil, karena tempat itu memiliki persamaan dengan kaki gunung Ciremai. Wajar saja kalau semisal daerah ciwidey benar-benar sama dengan daerah kaki gunung Ciremai, dari hawanya yang sejuk, bahasanya pun sama-sama menggunakan bahasa sunda.

Setelah sekian lama merantau, akhirnya saya pun bisa merasakan suasana yang benar-benar bisa mengembalikan saya ke masa kecil. Walau itu baru pertama kali saya berkesempatan mengunjungi kota Bandung. Banyak sekali ingatan-ingatan masa kecil yang kembali ketika saya mengelilingi kota Bandung. Walau dulu sebenarnya mempunyai kesempatan kuliah di Jatinangor, tapi saya harus merelakan karena kota Jogja adalah labuhan masa depanku.

Bandung dan masa kecilku adalah kesamaan yang berbeda. Sama-sama memberikan ingatan yang sejuk, namun dengan waktu yang berbeda. 15 tahun yang begitu indah dengan kenangan-kenangannya. Saya harap semuanya akan baik-baik saja dengan keadaan waktu yang sekarang. Orang tua, kakak, adik, dan teman-teman masa kecilku. Semoga mereka tetap menjadi penyemangat untuk saya meraih mimpi-mimpi di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun