Mohon tunggu...
Dara Ginanti
Dara Ginanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Sampoerna University - The University of Arizona

A Beginner in Writing

Selanjutnya

Tutup

Drama

Kumpulan Sajak | Sore Bersama Desa (Seusai Hujan) - Syair Pendek

7 September 2017   17:06 Diperbarui: 28 Maret 2018   11:39 2131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja menemaniku berdiri, semilir angin sore menerpa hangat wajahku yang berdiri menatap mentari jatuh. Langit kemerahan memberikan isyarat seolah tersenyum melihatku merona, hari ini aku jatuh cinta pada pelangi. Rintiknya hujan bersenandung kepadaku seusai siang tadi, awan - awan tebal menjatuhkan isinya ke tanah merah ini menciptakan genangan - genangan kecil tempat lumpur bersatu.

Bunga - bunga berembunkan air berdiri anggun menari bersama angin yang terlewat, kehangatannya menyapa rumput disekitar yang tak kalah menarik. Hari ini petir tak datang ke tanah desa bersama kilat, namun aku yakin dia pasti bersembunyi di luar sana bersama bintang - bintang pagi. Aku tidak dapat berhenti tertawa.

Sinarnya rembulan nampaknya terburu - buru datang, tak sabar dia gantikan mentari. Garis - garis cakrawala menggenggam langit tempat semuanya menggantung dengan segala keindahannya. Lagi - lagi mata ini tak dapat berhenti terkagum dengan ciptaannya. Warna - warni dunia tempat kita berpijak merahasiakan kata - kata.

Semuanya bisu, tak ada yang berbicara padaku. Setiap suara yang terucap hanya terdengar kosong. Apakah aku yang tuli? Atau dunia yang tak mau menjawab? Lagi - lagi sepi. Masihkah ada keadaan seperti ini besok? Bagaimana jika aku merindukan semua ini kelak? Pertanyaan tak terjawab itu terus berputar.

Melangkahlah. Melambung bersama bintang yang jauh di atas awan. Senja ini akan mengantarmu mengelilingi auroraberwarna jingga di ujung lengkungan bumi. Dengan sayap - sayap beningnya, mentari akan memantulkan sebagian cahayanya untukmu. Semuanya akan tersenyum dalam kediaman. Bermakna besar.

Kehijauan nampak sepanjang mata memandang, aroma kesegaran mengelilingi badan ini dan membelai lembut. Kerlip - kerlip kelabu diantara lumut dan kayu yang berwarna coklat menyadarkanku dari senandung sore yang mendayu. Aku hanyut dalam keindahan. Hatiku tak mau pindah dan berpaling dari misteri - misteri alam itu. Terpukau kembali.

Tangan itu menggenggam tanganku. Terlewat sudah 14 hari merindukan sosoknya yang tak pernah terlintas buruk di benak. Laki - laki itu berdiri disampingku tersenyum kecil kemudian menengok ke arah tenggelamnya matahari yang menyisakan garisnya, sama dengan apa yang kutatap saat ini. Napasku hidup bersamanya. Alam menatap kami dari sekeliling dengan keheranannya, kami telah dipersatukan dengan abadi. Perih dan air mata melebur bersama selesainya pena ini menulis. Telah tamat.

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun