Mohon tunggu...
Venansya Maulina Praba
Venansya Maulina Praba Mohon Tunggu... Penulis - her name will be fearless

Aesculap '18 Kasmaji '18 ig: @venansya.praba @menantijuni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permainan Satu Kaki

15 Agustus 2020   22:22 Diperbarui: 16 Agustus 2020   11:38 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: forum.viva.co.id

Engklek, kata yang mungkin sudah familiar didengar atau mungkin masih asing di telinga. Engklek merupakan permainan tradisional Nusantara yang kebanyakan dimainkan oleh anak-anak perempuan. Permainan ini dapat ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Engklek adalah sebutan permainan ini di daerah Jawa. Sementara itu, di daerah Bangka disebut dengan Cak Lingking, di daerah Betawi disebut Deprok, di daerah Jawa Barat disebut Tepok Gunung, di Bali disebut Teprok, di Kalimantan disebut Gala Asin, di daerah Gorontalo disebut Tengge-tengge, dsb.

Permainan engklek juga memiliki nama lain Sunda Manda. Nama Sunda Manda berasal dari nama 'Zondag Mandaag' yang merupakan bahasa Belanda. Diyakini bahwa engklek masuk ke Indonesia dibawa oleh penjajah Belanda pada saat itu. Pada masa penjajahan Belanda, banyak dijumpai anak-anak perempuan Belanda bermain permainan ini karena permainan engklek memang sangat terkenal di kalangan anak-anak Eropa.

Pendapat lain mengatakan bahwa engklek berasal dari India dan diperkenalkan ke wilayah Nusantara sehingga permainan engklek dikenal hampir di seluruh Nusantara. Pendapat ini dikemukakan oleh seorang profesor berkebangsaan belanda yang juga merupakan seorang mata-mata dan penulis, Dr. Smpuck Hur Gronje. Meskipun begitu, kedua pernyataan di atas hanya merupakan opini semata, tidak ada bukti autentik mengenai asal usul permainan engklek.

Seperti yang telah disebutkan di atas, engklek kebanyakan dimainkan oleh anak perempuan, tetapi tak jarang ditemukan anak laki-laki yang memainkan engklek. Biasanya, engklek dimainkan oleh beberapa anak, namun engklek juga dapat dimainkan oleh seorang anak saja.

Engklek merupakan permainan outdoor dan memerlukan tempat yang tidak begitu besar. Ukuran arena engklek sekitar 3x3m. Arena engklek dibuat di tanah yang datar baik di halaman rumah, teras, aspal jalan, maupun di pelataran ubin. Umumnya, arena engklek berbentuk kotak-kotak dengan ukuran masing-masing kotak sekitar 30-60 cm. 

Untuk menggambar arena yang berbentuk kotak-kotak tersebut, pemain biasanya menggunakan kapur tulis, pecahan genteng, batu, atau bisa langsung membentuk kotak-kotak di atas tanah jika dimainkan langsung di atas tanah. Untuk memainkan engklek, setiap pemain membutuhkan sebuah gaco. Gaco tersebut bisa berupa pecahan genteng atau disebut dengan kreweng, pecahan keramik, uang koin, batu, atau yang semacamnya.

Cara memainkan engklek dapat dikatakan cukup mudah. Tahap pertama permainana engklek  dimulai dengan melakukan hompimpah atau suit setelah menggambar arena engklek. Hal ini dilakukan untuk menentukan siapa yang bermain duluan. Kemudian pemain melemparkan gaconya ke kotak yang pertama. Gaco terebut haru pas berada di dalam kotak yang dituju. Jika meleset keluar atau mengenai garis kotak, maka pemain tersebut tidak boleh memainkannya dan langssung dilanjutkan pemain berikutnya. 

Jika gaco sudah berada tepat di dalam kotak, pemain harus melompat dengan satu kaki tanpa menginjak kotak yang berisi gaco. Pemain harus melompat ke petak berikutnya sampai pada kotak yang paling ujung. Dari kotak paling ujung, pemain kembali menuju titik awal sampai pada kotak di sisi kotak tempat gaco diletakkan. Pemain harus mengambil gaconya untuk dibawa keluar arena menggunakan tangan, semetara satu kaki terkaki terangkat. Pemain tidak boleh tejatuh atau menyentuh garis kotak. Apabila pemain tejatuh atau menyentuh garis kotak, maka pemain harus mengulang putaran tersebut dari awal. Langkah-langkah tersebut dilakukan ke kotak-kotak berikutnya sampai kotak-kotak pada arena engklek habis.

Setelah kotak-kotak pada arena habis, permainan dilanjutkan pada tahap kedua yaitu tahap mencari sawah. Gaco milik pemain yang telah menyelesaikan tahap pertama dijagling dengan telapak tangan bolak balik sebanyak 3-5 kali atau sesuai kesepakatan. Gaco tersebut tidak boleh sampai jatuh. Lalu, gaco dilempar membelakangi arena engklek. 

Bila gaco itu mengenai salah satu kotak, kotak tersebut menjadi 'sawah' si pemain. Pemain harus melompat dengan satu kaki melewati kotak-kotak engklek dan sesampainya di sawahnya, pemain menginjakkan kedua kakinya di sana. Sawah yang telah dimiliki salah satu pemain tidak boleh diinjak oleh pemain lain. Namun jika gaco tadi tidak melesat atau tidak mengenai kotak manapun, pemain harus mengulang lemparanya setelah para pemain lain melempar. Permainan engklek dikatakan selesai, jika semua kotak sudah dimiliki oleh para pemain. Pemenang permainan ini adalah pemain yang memiliki sawah paling banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun