Mohon tunggu...
Nani Sukamoto
Nani Sukamoto Mohon Tunggu... -

pengen banget belajar nulis sama motret :(

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Monster dalam Kaleng

30 Oktober 2012   05:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:14 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1351573377295815641

[caption id="attachment_220729" align="aligncenter" width="400" caption="monster, hak cipta oleh nanisukamoto"][/caption] Pagi-pagi benar, kawan saya-Matew sudah memacu motor bututnya dengan kecepatan tinggi. Tak ada rasa takut meskipun banyak berjajar truk, bis, dan kendaraan roda dua lainnya yang bersabar memacu kecepata mereka secukupnya. Mengapa harus buru-buru Mat? Pernah saya coba bertanya padanya pada suatu kesempatan, ketika kami sedang minum kopi di sebuah warung tegal, pinggiran kota. Ia hanya tersenyum kecut, lalu sambil meminum kopi susu ia menjawab bahwa kalau ia tak bergegas atau memacu motor bututnya cepat-cepat, maka ia tak akan dapat tiba di kantornya tepat waktu. Nah ini nih, pola pikir yang salah! Saya protes, namun lagi-lagi ia menjawab dengan penuh keyakinan, bahwa benar, ia akan terlambat tiba di kantor bila tidak ngebut! Why Mat? Akhirnya saya tidak sabar mendengar alasan yang paling hakiki dari sebuah kebiasaan ngebut di jalanan. Bukankah itu semua adalah hal buruk, selain karena jalanan di kota kecil kami tidak terlalu padat jika dibandingkan dengan jalanan di Jabodetabek, juga dengan memacu kendaraan pada kecepatan aman sekitar 80 km per jam, jarak 30 km bisa dicapai dalam waktu kurang lebih 45 menit, itu juga sudah termasuk berhenti di lampu-lampu merah. Ia mendengus perlahan, lalu menepuk pundak, katanya lirih di telinga, makanya jangan cuma naik bis atau mobil pribadi mbak. Coba lihat berapa banyak pengendara motor yang menyalahi aturan berkendara. Misalnya, mengendarai kendaraan roda dua di lajur kanan, padahal lajur kanan sebenarnya dibuat untuk jalur kendaraan roda empat, atau hanya bila akan menyeberang atau memutar balik (maklum di kota kami, jalan raya sudah dua lajur) Saya bilang, stop! Kan kamu bisa mendahului lewat kanan atau kiri motor ngawur itu Mat? Ia mendadak tertawa lalu katanya, tak hanya satu atau dua motor yang ngawur mbak, banyak, bahkan seringkali mereka memenuhi sisi lajur kanan jalan raya. Dan lebih parah lagi, tak mau minggir juga waktu aku klakson, padahal aku bunyikan klakson dengan sopan, dan tujuanku bukan untuk gila-gilaan mau menang sendiri di jalan, tapi bagimana ya? Orangtua era tahun 80-an dulu sering bilang, permisi gitu, klakson sebagai tanda permisi bahawa aku mau lewat mendahului. Oh begitu, saya akhirnya paham dan mengamini jawabannya. Namun lagi-lagi ia menepuk pundak, alu memperlihatkan sebuah ilustrasi sebuah persamaan pengendara yang tak mau mengalah dan menyalahi aturan lajur berknedara dengan sebuah gelas yang penuh dengan kopi. Apa maksutmu Mat? Saya kebingungan dengan ilustrasinya, maklum otak tidak mampu. Ia menjawab, begini mbak, ibarat gelas yang penuh dengan kopi, bila ia tidak segera diminum dan dihabiskan, ia tak akan dapat diisi lagi dengan kopi yang baru, bila nekat juga hanya akan tumpah ke atas meja. Maksutmu mat? Diambilnya sebuah buku dan gelas yang penuh kopi itu, lalu katanya, lihat mbak, ibaratnya gelas ini adalah kamu, dan kamu tetap jadi orang yang stay keras kepala, tak mau kalah, selalu ingin pendapatmu benar, maka ya hanya kopi ini hasilnya, walau pun samapi berhari-hari, bertahun-tahun. Tetap hanya kopi ini... basi tidak kopinya? Atau lebih mudahnya, berkembang tidak pribadi mbak? Nah, bila mbak mau minum, lalu bersedia diisi dengan hal-hal yang baru, itu baru namanya berkembang! Katanya sambil bergegas pergi meninggalkan warung tegal. Saya bengong, ternyata si Matew itu ganteng juga otaknya. Salam, Nani :)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun