Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ghosting

24 April 2021   06:56 Diperbarui: 24 April 2021   07:00 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anganku terkabul sepenuhnya. Setelah mengunci hati dan telinga dari sumpah serapah beberapa perempuan yang merasa kughosting, dengan segala kemewahan yang kumiliki, aku pun berkenalan dengan seseorang yang layak untuk kupamerkan. Seorang gadis muda, jelita, dan model terkenal di media massa. Oh, indahnya. Hatiku pun riang dan berbunga-bunga, seriang para perempuan yang dulu kughosting setelah melakukan hal yang sama denganku yaitu memamerkan kebanggaannya memiliki diriku di media sosial.

Cintakah aku kepada isteriku? Hatiku sesungguhnya sudah hampa terhadap cinta sejak ketulusan cinta pertamaku disia-siakan. Sejak saat itulah, aku memprogram angan untuk mempermainkan sekian perempuan. Ulah yang tidak akan kuhentikan sebelum aku merasa sukses dan  mapan. Setelah itu,  aku akan menikahi perempuan belia secantik model yang layak kupamerkan untuk memanasi hati semua orang yang pernah meremehkanku.

Aku kembali menghela napas. Senja semakin menghilang berganti dengan malam yang turun perlahan tapi pasti untuk menyelimuti bumi. Aku masih belum beranjak dari dermaga. Dari kejauhan jika ada yang mengenalku, tentu mereka keheranan sedang apa aku di sini? Sendiri dan seolah menyepi? Di punggungku hanya terdapat sebuah backpack? Sedang bangkrutkah aku lalu siap berlayar menghilang menuju suatu tempat?

Sesungguhnya aku tidak sedang bangkrut. Aku justru sedang banyak uang. Tabunganku miliaran. Akan tetapi, jika pertanyaan beralih kepada apakah aku sedang ingin menghilang? Kujawab, ya, aku sedang ingin menghilang. Ulah yang sama dengan yang kulakukan saat sedang melakukan ghosting terhadap para perempuan korban rayuanku.

Sore tadi seharusnya aku berangkat bekerja karena ada shift malam. Entah urusan apa yang membuatku melupakan membawa gawai, padahal biasanya ia bak nyawa keduaku. Aku pun bergegas pulang untuk mengambilnya. Ada perasaan tidak nyaman ketika terlihat sepatu lelaki. Sepatu siapakah? Aku pun memasuki rumah yang terasakan sepi dengan cara mengendap-endap. Kedua anakku tadi terlihat bemain ayunan di taman perumahanku yang  elite ditemani pengasuhnya. Lalu, ke manakah isteriku?

Tebakanku sejitu program-programku. Keduanya terlihat tengah bermesraan. Mataku seolah mentransfer kepedihan hati perempuan-perempuan penggemarku dulu saat satu dua di antara korbanku memamerkan tik tok kemesraan kami di media sosial. Aku pun berlalu sebelum keduanya menyadari bahwa aku menyaksikan adegan mesra mereka di ranjangku.

Cemburukah? Kurasa tidak. Bukankah sejak cinta pertamaku melukai hatiku, di hatiku tidak ada lagi cinta? Meskipun tidak ada cinta, aku bisa menikmati kemesraan dengannya karena aku lelaki. Yang kurasakan saat menikahinya adalah kebanggaan menyesaki dada dapat memamerkan model muda belia yang cantik jelita. Kebanggaan menyesak seperti yang dirasakan para penggemarku saat bisa memamerkan kebersamaan kami ke media sosial.

Kini, kepedihan itu ibarat bola kasti yang menampari mukaku. Aku tidak sedih, tidak berduka. Lalu apa yang kurasakan? Malu! Aku benar-benar malu, bukan? Aku sangat malu terlebih andaikan ulah isteriku dengan selingkuhannya itu ketahuan teman-temanku. Tuhan....nama yang tidak pernah kusebut, akhirnya kusebut juga sambil menunggu angkutan datang menuju pelabuhan.

Akan ke manakah aku? Entahlah. ATM-ku isinya miliaran. Uang itu bisa kugunakan hidup lebih dari seratus tahun tanpa kekurangan. Kini, aku hanyalah ingin pergi jauh, sejauh-jauhnya dari suara-suara sumbang yang akan menerpa gendang telingaku akibat ulah isteriku yang mempermalukanku. Aku harus melakukan ghosting lagi. Entah ke mana aku tak tahu. Bagaimana dengan anak-anakku? Ah...itu urusan ibunya, karena ibunyalah yang lebih tahu siapa sesungguhnya bapak anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun