Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suka Duka Berdua

23 April 2021   09:07 Diperbarui: 23 April 2021   09:15 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan kedua masa pandemi covid-19 yang belum mereda harus kami lalui pula. Kondisi semakin parah karena tabungan semakin menipis. Apa dayaku? Kutoleh teman hidupku yang masih tampak tidur pulas. Ia teman sekolahku, teman sekelas malah. Kalau jodoh tak kan ke mana, pepatah tersebut ternyata berlaku untuk kami.

Saat itu hujan mendadak turun dengan lebatnya. Beberapa pengendara motor berhenti dan berteduh di bawah jalan layang yang memberikan sisa untuk pejalan kaki. Ada yang berteduh sambil memakai jas hujan kemudian melaju menembus lebat hujan, ada pula yang berhenti menunggu hujan reda termasuk diriku.

"Fety?" terdengar suara menegurku sambil membuka helmnya. Beberapa butir air hujan menetes dari helm yang dipegangnya.

Aku terkejut di sela lamunan. Beberapa bulan setelah lulus kuliah aku mendapat pekerjaan dan pertanyaan yang seharusnya bersifat privacy mulai memanasi telinga,

"Kapan mencari pacar? Mengapa selalu sendirian? Sesekali foto mesra dengan lelaki gitu lho. Kapan menikah kan sudah kerja?"

Duh...masalah demi masalah tidak pernah mereda. Jika hidup memang untuk menjalani masalah beserta solusinya, seharusnya suara-suara sumbang tersebut kuhadapi sebagai ujian dan tidak harus kutanggapi dengan amarah. Akan tetapi, kesadaran untuk bersabar selalu terasakan hilang timbul dan naik turun. Adakalanya bisa sangat tak acuh namun seringkali menjadi sedih.

"Ini Dery? Teman sekelasku saat SMA?" tanyaku karena kami ketika sekelas tidak pernah sekelompok, tidak pernah berpapasan sehingga tidak pernah bertegur sapa pula.

Akhinya, kami pun saling mengisi hari-hari sepi berdua sebagai insan berlainan jenis yang baru menapaki dunia kerja setelah lulus kuliah. Seringkali, ketika malam Minggu ia tiba-tiba datang membawa setangkai mawar, coklat, atau sekadar mengajakku berjalan-jalan. Kami belum berkomitmen apa pun. Adakalanya kuceritakan kepadanya jika tengah mengagumi seseorang. Ia pun menyimak ceritaku dengan saksama tanpa memprotes, hingga akhirnya ibuku menegurku.

"Ia suka kepadamu mungkin. Jika tidak, mengapa ia suka melewatkan malam Minggunya bersamamu. Jagalah perasaannya. Tadi kudengar Kamu cerita sedang naksir karyawan baru di kantormu."

"Tapi ia tidak mengatakan apa pun. Ia hanya datang dan datang ke sini, mengajakku berjalan-jalan, membawakan makanan kesukaanku dan mentraktirku. Hanya itu."

"Kamu mau kan?"desak ibuku menatapku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun