Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jerat Cinta

13 Februari 2021   04:03 Diperbarui: 13 Februari 2021   04:04 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuisap rokokku yang kesekian. Mungkin ketiga atau keempat. Kutengok cangkir kopiku sudah tandas. Aku mengerjakan tugas sejak dini hari.   Abangku mendekat kemudian berkomentar sambil mengenakan kaus kaki,  "Kalau bikin gambar kira-kira dong. Perhatikan juga bahan dan kekuatan bangunan."

  "Itu urusan teknik sipil. Arsitek bikin gambar aja ngapain ngitung ketahanan bangunan segala,"jawabku sekenanya, gelisah kopi habis mau beranjak membuat lagi kaki seakan terikat di kursi.

  Si Mimah berkelebat. Rambut panjangnya yang dikuncir berayun menyentuh lehernya yang jenjang. Saat ia menoleh ke arahku, kulambaikan tangan agar ia mendekat.

  "Kopiku habis. Tolong dong buatkan,"kataku menunjukkan isi cangkir yang telah tandas, "Di atas kulkas ada pula dua bungkus mie instan. Buatkan satu untuk aku dan satunya untuk Kamu ya."

  Ia hanya menjulurkan lidah kemudian berlalu.

 Sesaat kemudian ia mendekat dengan nampan berisi segelas kopi, segelas teh manis, dan dua mangkuk mi.

Hmm...gumamku menggeliat kelelahan sambil membayangkan Maya. Ia primadona kampus. Demi memikat dirinyalah aku bersusah payah segera menyelesaikan tugas ini. Siapa sih yang nggak suka dan bangga andai memiliki Maya? Selain peraih 5 besar di kelas, bodi peragawati yang dimilikinya pun beberapa kali mengais rezeki di catwalk.

  Kuperhatikan Mimah yang duduk di meja depanku. Ia tidak segera menikmati mi dan teh manis untuknya. Rupanya ia menungguku untuk makan bersama.

  "Ayo makan," ajakku menghentikan kesibukanku.

  Pagi yang dingin ada menu hangat dan Mimah yang mau saja saat aku duduk merapat di sebelahnya. Di ruang mata terlintas bayangan Maya.

   Ah, peduli amat. Bagiku, cinta dan puas jelas berbeda. Untuk Maya memang kelak kuberikan cintaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun