Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Selamanya Guru

28 Oktober 2020   03:59 Diperbarui: 28 Oktober 2020   04:08 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benar-benar multifungsi jadinya. Manager merangkap petugas tata usaha dan pustakawan. Hobi menggambar pun membuat bapak mengisi waktu luang di sore hari untuk menggambar tokoh-tokoh dongeng di kertas manila menggunakan cat air, kemudian menggantungnya di dinding-dinding kelas. 

Ada gambar Kancil dengan mentimun dan pak tani, gambar Malin Kundang, dan lain-lain. Dalam memoriku sebagai anak-anak, kok banyak banget pekerjaan bapak sebagai kepala sekolah?

Itu masih berkaitan dengan pekerjaan, bapak telah memberikan contoh sebagai pekerja multifungsi yang dilakukan dengan senang hati.  Bagaimana dengan sikap? 

Tatkala merambah ke arena sikap, seolah segala langkah selalu diikuti sebuah amanat bahwa kami adalah pegawai negeri, kami adalah abdi negara, kami adalah keluarga kepala sekolah, sehingga setiap langkah harus siap disoroti oleh pendapat dan harapan orang lain akan keteladanan. Kami seolah dibayar untuk memberikan keteladanan. Hehe.

Dari "tuntutan" tersebut, kami empat bersaudara, seakan tak terlintas keinginan mengikuti jejak bapak untuk langkah ke depan, terlebih saat itu masih belum ada tunjangan profesi. 

Bagaimana kami melangkah dengan peran sedemikian berat tapi membeli motor baru pun tidak sanggup, lalu memilih motor bekas.  Saat itu belum ada dealer yang memberikan kreditan motor. 

Baik keinginan berperan sebagai guru apalagi kepala sekolah, yang berperan ganda seperti bapak? Wah...belum terpikir. Ingin berperan sebagai guru pun tidak ingin, apalagi kepala sekolah? Tidak sama sekali.

Sebagai guru muda yang diangkat di wilayah lain kemudian dipanggil pulang ke daerah asal untuk menjabat sebagai kepala sekolah, karena daerah tersebut mulai dibangun sekolah dasar, bapak lebih senang dipanggil "Pak Guru" daripada "Pak Kepala Sekolah".

Kendati menjabat sebagai kepala sekolah sejak muda belia, sejak saya belum dilahirkan.  Sampai kini, saat bapak sudah almarhum, mantan murid beliau selalu menyebut "pak guru, bukan "pak kepala sekolah".

Oleh karena itu, ketika akhirnya saya pun mengikuti jejak bapak sebagai guru, yang terekam di memori saya adalah bahwa saya seorang guru. Andaikan ada perubahan posisi, itu tidak menjadikan saya melupakan ikrar awal pengangkatan PNS bahwa saya adalah guru. Hal yang diperkuat oleh ungkapan seorang dosen saat saya masih kuliah, bahwa beliau adalah dosen. 

Tatkala sempat terpilih menjabat sebagai rektor dan sebagainya lalu jabatan tersebut selesai, maka kembali sebagai dosen adalah hal yang tidak kalah menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun