Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puberkah Rasa Ini?

26 Oktober 2020   20:32 Diperbarui: 26 Oktober 2020   20:38 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.Lifestyle kompas.com

            Tentu saja aku merasa tersanjung, saat ada pria yang mau menghargai niatku untuk mandiri. Kami pun menikah dan memulai segalanya dari hasil kerja sendiri, bahkan kami sepakat tidak meminta warisan dari orang tua masing- masing. Semua yang kami miliki adalah hasil kerja kami dan itu kurasakan sangat membahagiakan.

            Suamiku  bukan tipe yang pandai mencari uang, tapi kejujuran dalam bekerja itulah yang mengagumkan. Aku tak pernah merasa kekurangan materi bersamanya walau kehidupan kami sederhana.

            Kesetiaannya sebagai suami pun tak perlu diragukan lagi. Dulu saat pengantin baru dan kami sedang berada di mall,tak sengaja aku bertemu dengan teman kuliahku.

            "Siapa tuh?"

            "Dia temanku. Mau kenalan?" jawabku sekenanya pada Jovita yang percaya pada gurauanku.  Dengan sdikit agresif, Jovita pun mengajaknya ngobrol saat aku sedang memilih- milih baju.

            Setiba di rumah ia menggerutu,

            "Gila Kamu. Suaminya dikenal- kenalkan pada cewek lain sebagai teman. Tahu nggak, tadi ia penasaran padaku, bahkan menawari aku main ke kantornya. ."

            "Jovi cantik. Asyik kan? Ia manajer bank lho. Katanya Kamu tampan dan jangkung, tipe dia banget," sahutku dalam getar suara cemburu.

Ia tidak menjawab omonganku, bahkan mengalihkan pembicaraan, menyuruhku mencoba baju yang baru kubeli.

            "Cantik. Pantes," katanya menatapku. Hanya sekali itu suamiku memujiku. Untuk seterusnya tidak pernah lagi. Aku pun tak mempermasalahkan hal itu dan selalu merasa bahagia dalam perjalanan pernikahanku, walau sesekali aku ke karaoke sendirian karena ia tidak suka menyanyi. Ke pameran buku sendirian karena ia tidak hobi membaca.

            Aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu,karena konsep berpikirku kurasa simple saja. Begitu cukup umur, wanita harus menikah agar memiliki keturunan. Dengan memiliki keturunan, kewajibanku sebagai wanita,sudah kulakukan. Itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun