Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Kebasahan

25 Oktober 2020   14:14 Diperbarui: 25 Oktober 2020   14:21 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megapolitan kompas.com

          "Mas... hujan nih," aku setengah teriak memanggilnya yang masih asyik mengamati kolam ikan mini di teras belakang.

Rumah di kompleks perumahan yang kami danai secara patungan dengan mengabaikan kepemilikan sebelumnya, misalnya warisan. Kami ingin memulai dari nol seperti yang disampaikan mas-mas atau mbak-mbak saat mengisi BBM,"Mulai dari nol ya?" Selain mengantisipasi suara-suara sumbang barangkali ada anggapan bahwa satu di antara kami berniat memanfaatkan pasangan, juga sebagai motivasi kami  agar gemar menabung.

"Bagaimana? Oke nggak, desainku?" godaku sambil memeluknya dari belakang. Ia tetap tak beranjak dari keasyikannya mengamati kolam ikan yang belum terisi.

"Melamun atau teringat seseorang sih?" kucoba mengalihkan perhatiannya dari kolam tersebut. Sementara hujan di luar kian lebat.

Ada sudut atap yang bocor dan ia tanpa banyak berkomentar, mengambil tangga dan membenahinya sedangkan aku dengan was-was memegangi tangga agar ia tidak terjatuh saat menaiki dan menuruninya.

"Rumah ini aku banget ya? Karena itukah, dirimu tidak berkenan wahai Baginda?" godaku saat kami sudah masuk kembali ke dalam rumah di sela lebat hujan yang tak kunjung mereda itu.

Air sudah tampak meninggi menggenangi jalanan. Untung saja got di depan rumah tidak dipenuhi dedaunan sehingga air yang menggenang, berangsur surut.

"Lapar Non. Udah masak belum?" ia tiba-tiba memencet hidungku yang tengah termangu melihat kondisi jalan yang tergenang air hujan. Aku masih saja termangu sampai ia mengulang ucapannya.

"Kapan masak? Kan kita datang bareng ke sini." aku pun beranjak menuju kulkas, membukanya dan mencari-cari yang ada di dalamnya, yang bisa dimasak dalam sekejap. Ada sebatang wortel dan dua butir telur yang kubawa minggu lalu ditemani sebutir bawang dan beberapa cabe dan merica bubuk. Semua kumasukkan begitu saja ke dalamnya dan sampai minggu kedua ini belum membusuk.

"Duh, masak apa ya?" aku lagi-lagi termangu di depan dapur ala pantry yang masih baru, masih belum pernah kugunakan untuk memasak, dengan semua peralatan yang masih serba baru.

"Ada mie gak?" ia bertanya sambil membuka seperangkat kitchen set yang juga masih baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun