"Ragu. Maukah ia menjadi selir? Kan ia tahu aku sudah memiliki Kamu."
        "Wining maupun Pramita, sama-sama ingin menjadi permaisuri tanpa selir?" tanya Ratri. Danang pun mengangguk.
        "Lalu, mengapa Kamu pun penasaran pada reaksiku?" desak Ratri keheranan.
        "Aku kan ingin tahu, samakah Kamu dengan mereka berdua? Ketika Wining memamerkan foto kebersamaan denganku, bagaimana reaksimu?"
        "Kamu suamiku kan? Aku harus mempertahankan Kamu. Kecuali jika Kamu ingin menceraikan aku, silakan saja. Siapa takut?" Ratri mulai emosi. Amarah di wajahnya yang tertimpa sinar lampu kolam pada malam itu membuat Danang segera memeluknya demi menenangkannya.
        "Aku nggak menceraikan Kamu, kan?"
        "Kamu ingin tahu reaksiku, maukah aku bertukar posisi sebagai selir? Begitu?" Danang diam.
"Selagi aku masih sehat, enggak deh. Biarlah aku menjalani kesendirian seperti semula. Aku lahir dan mati sendirian. Seharusnya juga  berani hidup sendirian,"jawab Ratri sendu.
        "Aku mencintaimu dengan cinta karena cinta bukan karena kebendaan, mestinya aku pun berani meninggalkanmu tanpa luka akibat ingin bertahan pada kebendaan kan?" Hening sesaat. Keduanya terbawa suasana hati masing-masing.
        "Lalu, bagaimana dengan Wining dan Pramita?"
        "Ah, biar saja. Mereka kan wanita-wanita cantik. Pasti banyak yang mau...