Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Sedih Biasa, Pernahkah Mengalami?

20 September 2020   22:02 Diperbarui: 20 September 2020   22:27 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah tatkala Anda bangun pagi hari, mendadak bersedih? Mengapa bersedih? Kesedihan yang tidak jelas pula. Mungkin masalah yang terlalu bertumpuk ataukah semata jenuh? Masalah yang bertumpuk dan tidak segera teruraikah? Atau kejenuhan era pandemi covid-19? Entahlah. 

Yang pasti, pagi ini dengan adanya kesedihan yang seolah menyergap secara tiba-tiba, program-program yang seharusnya saya kerjakan dalam hari Minggu ini, menjadi porak poranda.

Keinginan untuk berjalan-jalan pagi hari kemudian membeli beberapa tanaman hias, mempraktikkan resep masakan yang telah diincar sejak seminggu yang lalu, menata isi lemari kemudian mengeluarkan baju-baju yang sudah tidak dibutuhkan lagi, diakhiri selonjoran setelah tengah hari, semuanya lenyap gegara kesedihan tanpa sebab yang datang menyergap.

Akhirnya, daripada berlarut-larut, saya pun mencari-cari bahan bacaan. Sudah menjadi kebiasaan tatkala terserang kesedihan, dengan harapan semoga kesedihan tersebut segera berlalu. Bahan bacaan dari anekdot, humor, sampai biografi orang-orang sukses dalam usia lanjut akhirnya sanggup menepis kesedihan yang datang mendadak tanpa diundang tersebut.

Walaupun program-program di atas menjadi terbengkalai, karena setelah membaca, mencari-cari bahan bacaan, kemudian menuliskannya untuk kukirim ke kompasiana, waktu sudah menunjukkan tepat tengah hari. 

Biarlah, program bisa diatur ulang, tidak harus hari Minggu. Semoga esok atau lusa masih dapat terkejar.

Keinginan mencari informasi penyebab kesedihan yang tiba-tiba menyergap seolah tanpa sebab kemudian menuliskannya segera selagi suasana hati sedang mengarah ke sana, itulah yang harus didahulukan daripada menguap dengan cepat.

Mengapa orang bersedih? Jangan-jangan kesedihan tersebut merupakan gejala depresi? Itulah yang terbaca sekilas dari satu di antara bahan bacaan. Duh...mengerikan juga ya. Betapa banyak orang yang beranggapan bahwa depresi sama saja dengan kesedihan biasa, sehingga gejala tersebut pun diremehkan, padahal keduanya berbeda.

Tentu berbeda, bukankah keduanya pun berbeda nama? Banyak orang yang menganggap depresi sama saja dengan sedih biasa sehingga dengan mudah mengabaikannya.

Depresi biasanya ditunjukkan dengan adanya gejala perasaan bersedih dan muram. Orang yang hanya bersedih, bukan depresi, setelah bersedih keadaan akan kembali normal, namun berbeda dengan orang yang mengalami depresi. Mengapa?

Karena depresi merupakan gangguan mental serius yang bisa menyerang siapa saja. Walaupun demikian, depresi bukan merupakan kelemahan kepribadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun