Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dalam Selubung Kabut (29)

20 Agustus 2020   13:21 Diperbarui: 20 Agustus 2020   13:14 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Shutterstock

                Sepasang cicak seolah sedang bercengkerama di tembok. Nayla gelisah. Baru kali ini ia merasakan suaminya begitu jauh, kendati mereka memang selalu berjauhan. Ditatapnya foto kedua orangtuanya. Wajah polos ayahnya yang terkesan selalu mencintai ibunya dan memang begitulah kenyataannya. Ia kembali teringat saran ayahnya dalam menghadapi lelaki.

Janganlah terlalu menampakkan bahwa kamu membutuhkannya. Lelaki kodratnya hunter dan selamanya akan begitu. Ia akan melampiaskan rasa penasaran dalam porsi yang lebih besar dengan mengabaikan perhatianmu, walaupun perhatian yang kauberikan itu bertujuan untuk membuatnya tenang. Perhatian yang kauanggap akan membuatnya semakin yakin akan cintamu, tapi malah akan membuatmu kecewa.

Ingatlah, ia lelaki. Lelaki pantang untuk dikasihani,  pantang pula dicemaskan. Hal itu akan mengingatkannya pada masa kecil. Suatu masa tatkala ayah ibunya selalu mencemaskan keadaannya, karena ia dianggap masih kecil. Dengan demikian, ia bisa berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Dengan demikian, ia akan terhindar dari kecemasan apapun itu. Itu kan anggapanmu. Justru ulahmu itu akan terasakan bagaikan kamu tengah berperan sebagai budak cinta. Oleh karena itu, ia merasa membutuhkan kesegaran. Ia membutuhkan tantangan baru. Tantangan yang lebih seru, yang membuatnya merasa fresh toh kamu sudah menjadi budak cintanya.

Ia tidak bisa segera tidur. Selama ini sebagai manusia, ia telah mematuhi saran orangtuanya untuk mencoba selalu berjalan lurus. Manakala jatuh cinta, ia pun memasang kacamata kuda untuk mencintai hanya seorang pria. Hal yang tidak sulit baginya jika didasari niat untuk berkomitmen. Walaupun godaan datang bertubi-tubi apalagi tengah berjauhan dengan suami, ia bisa menepisnya dengan tegar.

Beberapa kali ia menerima sms yang menawari ajakan berkencan barangkali kesepian karena berjauhan dengan suami. Hmmm...yang dilakukannya kemudian hanyalah mengelus dada menahan marah, tapi segera ditepisnya amarah itu. Walaupun tidak tertarik untuk menanggapi, bukankah itu bukti bahwa ia masih menarik di mata lelaki? Dengan demikian, kecemasan suaminya akan melirik-lirik wanita lain tatkala berjauhan dengannya pun dapat ditepisnya segera.

Pekerjaannya sangat menyita waktunya. Dalam usia pernikahan mereka yang tergolong rawan, konon menurut para pakar pernikahan, usia pernikahan paling rawan adalah pada empat sampai tujuh tahun perjalanan pernikahan. Dalam masa itu biasanya pasangan memutuskan bercerai jika merasa tidak cocok lagi. Hubungan yang monoton dianggap penyebab terbesar kedua setelah  masalah ekonomi.

Monotonkah hubungan mereka? Sepertinya juga tidak. Suaminya pulang sekali dalam seminggu. Ia libur pada hari Sabtu dan Minggu. Dalam waktu itu mereka merasa  masih seperti pacaran dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

Sepulang kerja  kepalanya terlanda pusing akibat beban kerja dan kurang tidur  karena harus kerja lembur, ada informasi yang diterimanya melalui media sosial.

"Ah paling-paling itu fotoku bersama Tania,"jawab suaminya ringan tanpa memerhatikan foto yang dikirimkan setelah discreenshoot. Manakala suaminya dari hasil video call tidak menanggapi dengan ekspresi terkejut atau bagaimana, ia pun berusaha melupakannya.

Sebagai perempuan yang terdidik dalam tradisi patriarki, ia mencoba menelan prasangka tersebut dalam- dalam. Walaupun demikian, ia terkenang nasihat almarhum ayahnya yang membuatnya semakin menyalahkan dirinya. Jangan-jangan suaminya sedang jenuh? Karena bagi suaminya komunikasi mereka terasakan sangat monoton? Hal itu mungkin saja terjadi.

Ia terbiasa menyalahkan diri sendiri andaikan ada masalah yang menimpa mereka. Semua itu dilakukannya karena ia sangat mencintai suaminya, selain ajaran tradisi patriarki yang diterimanya. Hal yang mengherankan pula, ia selalu menemukan celah yang sanggup menunjukkan kesalahannya. Dengan demikian, sepanjang perjalanan pernikahan mereka memang tidak pernah terjadi pertengkaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun