Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dalam Selubung Kabut (24)

7 Agustus 2020   11:03 Diperbarui: 7 Agustus 2020   11:00 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam Selubung Kabut (23) | https://www.kompasiana.com/pakcah/

                "Memang Kamu memberi uang belanja ajeg? Saat aku memasak pun Kamu nggak selalu mau makan. Ada saja celamu. Yang keasinan, kepedasan, akhirnya makan di luar. Modal yang kupinjamkan pun habis untuk itu."

                Randy untuk sesaat tidak segera menjawab. Ia gelisah dan ingin segera merokok. Ia sudah merogoh rokok dari sakunya manakala  teringat bahwa ia sedang berakting untuk menyudutkan Lala.

                "Begitulah. Percuma berdebat dengan Lala. Aku pasti kalah. Ia pasti menemukan kalimat yang bisa menyudutkan aku. Aku sedih," jawabnya kemudian berlalu meninggalkan Lala dan saudara-saudaranya yang tengah berkumpul di ruang keluarga orangtua Lala.

                "Tidak juga menghasilkan masyarakat yang makin kaya. Buktinya, Lala. Karena mobilnya dijual Randy, kini ia harus menanggung utang bank untuk membeli mobil lagi," kata Rani sambil mendekati Lala, mengacungkan telunjuk dan membuatnya bergerak berkelok-kelok seolah sungai,

                "Kacian deh Lu."

                "Tapi papanya si Randy kaya. Coba saja minta ganti papanya, pasti uang mobil yang dijual itu diganti."

                "Belum tentu. Anak kesayangannya hanya Tania. Anak yang lain-lain tidak,"jawab Lala,"Jangankan Randy yang sudah dewasa dan lelaki pula. Sedangkan anak-anak lainnya dari ibu yang juga berbeda-beda, nggak diperhatikan."

                "Mungkin usahanya tengah sepi."

                "Mungkin saja,"jawab Lala sambil beranjak menuju kamar mandi karena makan pagi sudah terhidang. ( bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun