Tania lama-lama tersulut juga emosinya.  Setelah mencuci tangan di wastafel luar, yang berbentuk kepala ular, ia pun kembali ke tempat duduk sambil menyampaikan sesuatu.
        "Aku tidak ada hubungan khusus dengan Ade. Aku malah dimanfaatkan," ujar Tania masih bersungut-sungut menoleh ke arah Ade yang tersenyum-senyum menghadapi godaan teman-temannya.
        "Kalian berdua enak saja mencurigai aku."
        "Nggak curiga. Ade barusan bercerita masalah yang dihadapinya. Ia malah minta tolong Kamu untuk melerai masalahnya. Aku baru tahu. Kukira tergoda Ade. Jika tergoda, sebagai sesama lelaki beristeri, aku pun iri dan ingin bergabung. Wajar kan?"
        "Ah, Kalian lelaki, sukanya ngeres," jawab Tania tanpa menoleh ke arah keduanya.
        "Seharusnya Ade nggak usah dibantu menyelesaikan masalahnya. Biar saja dihadapi sendirian. Itu akibat iseng. Ternyata iseng berhadiah,"gerutu Tita seolah memarahi Ade.
        Ade tidak segera menjawab, hanya tersenyum.
        "Aku nggak nyangka. Dapat kenalan malah aku dikira lajang."
        "Ciee...pamer nih, masih seperti lajang," goda Bardi.
        "Memang Ade kan juga masih muda. Nggak setua kita bertiga," Kyla menoleh ke arah Tita dan Bardi,"Seumuran Tania juga kan?" sambil menoleh ke arah Tania.
        "Tentu tidak. Aku sepuluh tahun lebih tua."